Kisah Awal Mula Masuknya Islam di Yatsrib, Madinah

Source: wikipedia.org

Kisah para pemuda Yatsrib yang revolusioner

Kisah Awal Mula Masuknya Islam di Yatsrib, Madinah – Ketika itu, ada serombongan penduduk Yatsrib datang menuju
Makkah di musim haji (Dzulhijjah). Kelompok ini berjumlah enam orang, yang
berasal dari Bani Khazraj. As’ad bin Zurarah, Auf bin Al-Harits bin Rifa’ah,
Rafi’ bin Malik bin Al-‘Ajlan, Quthbah bin ‘Amir bin Hadidah, ‘Uqbah bin ‘Amir
bin Naaby, dan Jabir bin ‘Abdullah bin Riab.

Awalnya, mereka berniat untuk menyelesaikan perselisihan
kedua suku terbesar di Yatsrib, suku Aus dan Khazraj. Karena, kedua suku ini
telah bertikai selama lebih 120 tahun. Para pemuda revolusioner ini ingin
menginginkan persatuan, karena mereka menyadari, jika sektor ekonomi dan
politiknya di Yatsrib sudah semakin melemah.

Hal ini disebabkan oleh kaum Yahudi yang semakin solid, yang
dipimpin oleh Bani Nadir.

Namun, masalah itu ternyata dikalahkan oleh rasa penasaran
mereka tentang seseorang yang telah diceritakan oleh para pendeta Yahudi di
Yatsrib. Akhirnya, kelompok As’ad tersebut mendekati lelaki yang tengah
dikerumuni oleh para budak dan kaum du’afa.

Saat itulah, lelaki yang mengaku sebagai utusan Allah Swt
ini membacakan Al-Qu’ran kepada para tamu tersebut, dan mengabarkan tentang apa
itu Islam.

Tanpa keraguan, para penduduk Yatsrib ini pun beriman akan
ajaran Tauhid ini.

Setibanya di kampung halaman mereka pun mendakwahkan Islam
kepada orang-orang kampung mereka.

 

Sekilas tentang Aus dan Khazraj

Ibnu Hisyam menukilkan keterangan dari sahabat Hassan bin
Tsabit, jika kaum Anshar (penduduk Madinah) adalah keturunan Aus dan Khazraj. Yang
keduanya adalah anak dari Haritsah bin Tsa’labah bin ‘Amru.

Pada masa jahiliah, kedua kabilah ini selalu bermusuhan dan
saling memerangi satu sama lain. Masing-masing dibantu oleh sekutu-sekutu
mereka dari golongan Yahudi.

Setiap kali mereka berperang, masing-masing dari pendeta Yahudi
tersebut mengancam, jika telah tiba masanya akan datang seorang nabi. Dan
mereka mengatakan, “Kami akan memerangi kalian bersamanya, seperti memerangi
‘Ad dan Iram.”

Setelah Allah Swt mengutus Muhammad Saw, kaum Anshar segera
menyambut seruan tersebut. Sementara, para kaum Yahudi justru mengingkarinya.
Tentang hal ini, Allah berfirman:

 

وَلَمَّا جَآءَهُمۡ كِتَٰبٞ مِّنۡ عِندِ ٱللَّهِ مُصَدِّقٞ لِّمَا
مَعَهُمۡ وَكَانُواْ مِن قَبۡلُ يَسۡتَفۡتِحُونَ عَلَى ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ
فَلَمَّا جَآءَهُم مَّا عَرَفُواْ كَفَرُواْ بِهِۦۚ فَلَعۡنَةُ ٱللَّهِ عَلَى
ٱلۡكَٰفِرِينَ ٨٩

“Dan ketika telah datang kepada mereka sebuah kitab dari
sisi Allah, yang membenarkan apa yang ada pada mereka. Padahal, mereka
sebelumnya senantiasa mengharap-harap kemenangan atas orang-orang kafir. Tapi,
setelah datang kepada mereka sesuatu yang telah mereka ketahui, mereka
mengingkarinya. Maka, laknat Allah terhadap orang-orang yang kafir itu.”
(al-Baqarah: 89)

 

Ibnu Ishaq mengatakan,

“Telah bercerita kepada kami ‘Ashim bin ‘Amr bin Qatadah
dari beberapa orang tokoh dari kaumnya (Khazraj).

Mereka berkata, ‘Sesungguhnya beberapa faktor yang mendorong
kami masuk Islam (dengan rahmat dan hidayah Allah Swt) tatkala kami mendengar
dari beberapa orang Yahudi (sedangkan kami waktu itu masih musyrik penyembah
berhala) yang mempunyai ilmu, yang tidak ada pada kami.

Antara kami dengan mereka, sering terjadi permusuhan. Apabila
kami mencaci-maki mereka dengan sesuatu yang tidak disukai mereka, mereka
berkata;

‘Sungguh hampir tiba masanya sekarang ini, akan diutusnya
seorang nabi. Kami akan memerangi kalian bersamanya seperti memerangi bangsa
‘Aad dan Iram.’

Inilah yang selalu kami dengar dari mulut mereka. Namun, ketika
Allah Swt telah mengutus Rasulullah Saw, kami segera menyambut seruan Beliau
Saw ketika mengajak kami untuk beriman kepada Allah Swt. Apalagi, setelah kami
tahu ancaman mereka (Yahudi) itu. Maka, kami mendahului mereka beriman kepada Beliau
Saw, sedangkan mereka justru mengingkarinya. Dan ayat ini turun, berkaitan
dengan keadaan kami dan mereka.”

 

Peristiwa Ba’iat Aqabah Pertama

Setelah As’ad bin Zurarah dan kelompoknya masuk Islam,
mereka pulang ke kampung halaman, Yatsrib untuk menyebarkan cahaya Islam.
Sesuai pesan Rasulullah Saw, mereka menyebarkan Islam dari keluarga dan sahabat
mereka. Seperti yang dilakukan Rasulullah Saw di Makkah.

Kemudian, As’ad kembali menuju Makkah pada tahun 621 M,
bersama dengan sebelas temannya. Dengan total 12 orang, kelompok itu terdiri
dari 7 keluarga dari kabilah Aus dan Khazraj.

Kedatangan As’ad dan rombongan kali ini adalah untuk
berba’iat kepada Rasulullah Saw. Tepatnya, mereka bertemu Rasulullah Saw di
bukit Mina, di ‘Aqabah. Di tengah gelapnya malam, mereka berikrar untuk
mendedikasikan dirinya kepada Allah dan Rasul-Nya.

Untuk mengetahui tentang Peristiwa Ba’iat ‘Aqabah Pertama,
silahkan lihat di sini.

 

Kedatangan mereka ke Makkah kali ini bukan hanya untuk berba’iat
kepada Rasulullah Saw. Namun, mereka juga meminta kepada Beliau Saw untuk
mengirim sahabat senior, yang akan menjadi pembimbing mereka di Yatsrib.

Tentu saja, Rasulullah Saw menanggapi permintaan ini dengan
senang hati. Hal ini dibuktikan dengan mengirim Mush’ab bin Umair, pemuda yang
cerdas dan baik perangainya. Dengan diutusnya Mush’ab bin Umair, kisah
keislaman dari Sa’ad bin Muadz dan tokoh-tokoh Yatsrib lainnya dimulai.

Untuk mengetahui kisah Mush’ab bin Umair, silahkan lihat di sini.

 

Peristiwa Ba’iat Aqabah Kedua

Setelah keberhasilan Mush’ab bin Umair dalam dakwah kepada
para tokoh-tokoh Yatsrib, akhirnya sudah mulai terbentuk komunitas yang kokoh
di Yatsrib.

Pada setahun berikutnya (622 M), para rombongan Muslimin Yastrib
bergerak menuju Makkah.

Di sini, rombongan yang berada di bawah pimpinan al-Bara’
bin Ma’rur, membawa ada 70 atau 72 laki-laki dan 2 perempuan penduduk Yatsrib
untuk datang ke bukit Aqabah. Mereka hendak berba’iat kepada Rasulullah Saw, dan
mengajak Beliau Saw untuk mengangkat senjata melawan para kafir Quraisy.

Namun, Rasulullah Saw menyuruh mereka untuk kembali ke
kemah-kemah mereka, dan menunggu perintah selanjutnya.

 Untuk mengetahui
tentang Peristiwa Ba’iat ‘Aqabah Kedua, silahkan lihat di sini.

 

Perintah untuk berhijrah

Setelah terjadinya Bai’at Aqabah Kedua, Rasulullah Saw
kembali ke Makkah dan melanjutkan berdakwah. Namun, karena sempat bocornya informasi
tentang ba’iatnya para penduduk Yatsrib, membuat kaum Quraisy menjadi naik
darah.

Hal itu ditujukan dengan gangguan yang semakin keras,
sehingga sudah bisa disebut sebagai penyiksaan dan pembunuhan. Mulai syahidnya
keluarga Yasir, dan banyaknya kaum budak dan du’afa yang mendapatkan siksaan
secara terbuka.

Setelah bermunajat kepada Allah Swt, Nabi Muhammad Saw menerima
perintah dari Allah Swt.

Kemudian, Rasulullah Saw memerintahkan kaum muslim di Makkah
untuk hijrah ke Yatsrib, agar mereka aman. Tentu saja, Rasulullah Saw
memerintahkan mereka untuk melakukan hijrah secara sembunyi-sembunyi, agar
tidak diketahui oleh kaum musyrikin.

Orang pertama yang berhijrah ke Yatsrib adalah Abu Salamah
bin Abdil Asad dan Mush’ab bin Umair, juga Amr bin Ummi Maktum. Kemudian
disusul oleh Bilal bin Rabah, Sa’ad bin Abi Waqqash, Ammar bin Yasir, dan Umar
bin Khatab bersama dengan rombongan berjumlah 20 orang.

Lalu, hingga kedatangan Rasulullah Saw dan Abu Bakar yang
disambut sorak-sorai oleh para kaum Muhajirin dan Anshar.

Terakhir, datanglah kelompok Abbas bin Abdil Muthalib dan
Ali bin Abi Thalib, sebagai kelompok Muhajirin terakhir yang hijrah dari
Makkah.

Dimulainya pembentukan pemerintahan Islam

Saat kedatangan Rasulullah Saw yang duduk di atas untanya
(Qashwa), dan Abu Bakar yang menuntun unta tersebut, para penduduk sangat
bersuka cita. Akhirnya, kekasih yang selalu mereka rindukan dan khawatirkan
akan keselamatannya, bisa datang ke pelukan mereka.

Namun, saat para penduduk ingin mengambil alih tali kemudi unta
Qashwa, Rasulullah Saw melarang mereka dan membebaskan Qashwa untuk berkeliaran.
Karena, Qashwa tengah dituntun oleh Malaikat Jibril.

Kemudian, tempat di mana Qashwa duduk untuk beristirahat,
Rasulullah Saw membeli tanah itu dan mendirikan masjid di sana. Masjid tersebut
adalah Masjid an-Nabawi.

Di saat pembangunan masjid, Rasulullah Saw bergerak cepat
dengan mempererat antara kaum Muhajirin dan kaum Anshar. Beliau Saw melakukan
ikatan persaudaraan antara kaum Muhajirin dan Anshar agar semakin solid. Di sini,
pengorbanan dari kaum Anshar yang menerima kaum Muhajirin yang tak membawa banyak
barang berharga, benar-benar membuat Allah Swt memuji mereka.

Seperti yang sudah diketahui, jika perekonomian dan politik
Yatsrib dikendalikan oleh kaum Yahudi. Karena mereka berhasil mendapatkan
kesempatan di tengah pertikaian antara bani Aus dan Khazraj.

Untuk mengatasi hal tersebut, Rasulullah Saw mulai mendamaikan
kedua suku terbesar di Yatsrib tersebut, dengan dipayungi agama Islam.

Setelah mendapatkan posisi yang cukup solid di tata
pemerintahan dan politik Yatsrib, Rasulullah Saw melakukan kebijakan-kebijakan.
Seperti merubah nama Yatsrib menjadi Madinah, mengasingkan kaum Yahudi yang
memberontak dan menghalangi dakwah Islam, dan juga membuat strategi perang
untuk memperkuat barisan kaum Muslimin.

 

Wallahu’alam

Leave a Comment