Kisah Tentang Kuburan Sa’ad bin Muadz yang Dipersempit

Source: Islampedia.id

Kisah kematian Sa’ad bin Muadz

Sa’ad bin Muadz – Sa’ad bin Muadz adalah seorang lelaki hebat, yang merupakan
pejuang Islam dari kalangan kaum Anshor. Banyak sekali prestasi yang telah
beliau raih, walau hanya sedikit waktu yang dimilikinya. Seperti menjadikan
kaumnya masuk Islam, atau menjadi tameng Rasulullah Saw di dalam peperangan.

Bahkan, beliau rela mengorbankan nyawanya untuk melindungi
kekasihnya, Rasulullah Saw. Hingga pada akhirnya, beliau harus meninggalkan
dunia ini, ketika luka parah yang didapatinya dalam perang Khandaq semakin
memburuk.

Untuk mengetahui kisah tentang kematian Sa’ad bin Muadz,
silahkan lihat di sini.

Atau, jika kamu ingin mengetahui kisah kehidupan Sa’ad bin
Muadz, silahkan lihat di sini.

 

Kisah tentang kuburan Sa’ad bin Muadz

Diceritakan dalam sebuah riwayat, setelah mayit diletakkan
di dalam kubur dan terhimpun tanah, maka kubur akan menghimpit dan menjepit si mayit.
Tidak seorang pun yang dapat selamat dari himpitannya (bumi/kubur).

Beberapa hadis menerangkan jika bumi/kubur menghimpit Sa’ad bin Muadz. Padahal, kematian beliau membuat ‘Arsy
bergerak, pintu-pintu langit terbuka, dan tujuh puluh ribu malaikat menyaksikan
pemakamannya. Hal ini tentu saja menjadi bertolak belakang, di mana kubur yang
menjepit si mayit merupakan perkara yang termasuk dalam siksa kubur.

Dalam Sunan An-Nasa’i, diriwayatkan dari Ibnu Umar, bahwa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

 

هَذَا الَّذِى تَحَرَّكَ لَهُ الْعَرْشُ وَفُتِحَتْ لَهُ أَبْوَابُ
السَّمَاءِ وَشَهِدَهُ سَبْعُونَ أَلْفًا مِنَ الْمَلاَئِكَةِ لَقَدْ ضُمَّ
ضَمَّةً ثُمَّ فُرِّجَ عَنْهُ

 

“Inilah yang membuat ‘Arsy bergerak, pintu-pintu langit
dibuka, dan disaksikan oleh tujuh puluh ribu malaikat. Sungguh, ia dihimpit dan
dijepit (oleh kubur). Akan tapi, kemudian dibebaskan.” (Disahihkan oleh
al-Albani.)

Dalam musnad Imam Ahmad juga disebutkan,

 

إِنَّ لِلْقَبْرِ ضَغْطَةً وَلَوْ كَانَ أَحَدٌ نَاجِياً مِنْهَا
نَجَا مِنْهَا سَعْدُ بْنُ مُعَاذٍ

 

“Sesungguhnya, kubur mempunyai (kemampuan untuk) menyempit,
jika ada seorang yang selamat darinya, niscaya selamat itu adalah Sa’ad bin
Mu’adz.” (HR. Ahmad. Syaikh Syuaib Al-Arnauth mengatakan jika hadits ini sahih.)

Abdullah bin Abbas meriwayatkan jika Nabi Muhammad Saw
bersabda,

 

لَوْ نَجَا أَحَدٌ مِنْ ضَمَّةِ الْقَبْرِ لَنَجَا سَعْدُ بْنُ
مُعَاذٍ و لَقَدْ ضُمَّ ضَمَّةً ثُمَّ روخي عَنْهُ

 

“Kalau ada seorang yang selamat dari penyempitan kubur,
niscaya Sa’ad bin Mu’adz (juga) akan selamat. Akan tetapi, sungguh kuburnya
telah disempitkan, dengan sangat sempit. Kemudian, dilapangkan (setelah itu)
untuknya. (HR. Thabrani dan disahihkan oleh Al-Albani)

Bahkan, ada riwayat lain yang menceritakan tentang kubur
yang menyempit ini.

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,

 

لَوْ أَفْلَتَ أَحَدٌ مِنْ ضَمَّةِ الْقَبْرِ لَأَفْلَتَ هَذَا
الصَّبِيُّ
.

 

“Jikalau seorang selamat dari penyempitan kubur, niscaya
selamatlah bayi ini.” (HR. Ath Thabrany dan dishahihkan oleh Al-Albani)

Imam As-Suyuthi berkata, jika Abu Al-Qasim As-Sa’di berkata,

“Tidak ada yang selamat dari penyempitan kubur, baik seorang
yang shalih atau yang tidak shalih. Namun, perbedaan antara seorang muslim
dengan seorang kafir (yang ada) di dalamnya adalah, penyempitan yang terus
menerus untuk seorang kafir.

Adapun orang beriman mendapat keadaan seperti ini, ketika
pertama-tama turun ke dalam kuburnya. Kemudian, (kubur itu) dikembalikan
menjadi lapang untuknya.

Dan maksud dari pernyempitan kubur itu adalah, bertemunya
dua sisi samping kubur tersebut, yang menyempitkan jasad si mayit.”

Imam At-Tirmidzi berkata,

“Sebab penyempitan ini adalah bahwa tiada seorang pun (yang
selamat) kecuali dia telah melakukan sebuah dosa. Maka, (ia akan) diganjar
dengan penyempitan ini sebagai balasan atasnya, kemudian rahmat Allah
menghampirinya. Demikian pula penyempitan untuk Sa’ad bin Mu’adz, lantaran
meremehkan masalah kencing.”

 

Hikmah dari kisah Sa’ad bin Muadz yang terhimpit kubur

Dari riwayat-riwayat tersebut, kita dapat menarik beberapa
ibarah yang harusnya bisa kita pelajari.

1. Jika seorang Sahabat Sa’ad bin Muadz saja bisa disiksa
Allah Swt, dengan siksa kubur. Lantas bagaimana dengan kita yang telah
bergelimang dosa? Seperti yang disebutkan oleh Imam As-Suyuthi, jika seseorang
memiliki dosa, tentu ia akan mendapatkan siksa kubur, entah ia shalih atau
tidak.

2. Menurut Imam At-Tirmidzi, dosa Sa’ad bin Muadz adalah
meremehkan masalah kencing. Andai kata kita bandingkan dengan kita, tentunya
hal serupa juga terjadi. Bagaimana kita yang kencing dengan sembarangan, tanpa
berhati-hati jika percikan kencing itu mengenai pakaian kita, yang akan
digunakan untuk ibadah sholat, misalnya.

3. Sungguh, jika tanpa kehati-hatian, pantas saja siksa
kubur akan mendatangi mereka, yang meremehkan ibadah. Hal itu terjadi, karena
mereka yang hanya datang kepada Allah Swt hanya sebagai formalitas, dan
menundukkan kepalanya dalam-dalam, hanya untuk meminta sesuatu dari-Nya.
Padahal, tiada kewajiban dari-Nya, yang ia kerjakan dengan sepenuh hati.

Lantas, pantaskah ia meminta dunia dan seisinya, dan surga
dan seisinya?

 

Wallohu’alam

2 thoughts on “Kisah Tentang Kuburan Sa’ad bin Muadz yang Dipersempit”

Leave a Comment