Amalan-amalan Sahabat Bilal bin Rabbah yang Membuatnya Dirindukan Surga

Source: telegraph


Amalan Sahabat Bilal bin Rabbah yang Membuatnya Dirindukan Surga

Bilal bi Rabbah – Kisah hidup Bilal bi Rabbah, salah satu sahabat yang sangat
dicintai Rasulullah Saw, sungguh menginspirasi dan banyak pelajaran yang bisa
kita dapatkan. Mulai dari beliau yang sejak awalnya adalah seorang budak, yang
telah dikenal banyak warga kota Makkah, karena keramahan dan kebaikannya.

Lalu, saat munculnya ajaran baru yang mengataskan tauhid,
beliau tanpa ragu untuk mengikrarkan diri menjadi seorang muslim. Tentu saja,
hal ini mendapatkan banyak pertentangan dari lingkungan sekitar beliau. Mulai
dari teman-temannya yang termasuk hamba sahaya, yang mulai mengkhawatirkan
dirinya.

Karena, sahabat Bilal termasuk assabikhunal awwalun (golongan
pertama yang masuk Islam). Sehingga bagi kaum sahaya, yang tak memiliki
pelindung dalam komunitas masyarakat arab, maka dia tak punya pelindung untuk
dirinya sendiri. Berbeda dengan para assabikhunal awwalun yang berasal
dari golongan kaya (selain budak dan fakir miskin). Seperti, Abu bakar As-sidiq
yang memiliki banyak harta dan posisi terpandang di masyarakat.

Terlebih lagi, saat mulai maraknya penyiksaan dan ‘pembulian’
pada assabikhunal awwalun yang kebanyakan berasal dari kaum sahaya dan
budak. Seperti halnya dengan keluarga Yasir, yang harus dibunuh dengan dicemburkan
ke dalam bejana besar yang panas.

Lalu pada puncaknya, saat tuannya, Umayyah bin Khalaf yang
sangat membenci Islam, mengetahui jika Bilal, budaknya, masuk Islam.

Mulai dari saat itu, tuannya mulai menyiksa Bilal dengan
berbagai macam alat dan cara. Semua itu bertujuan untuk membuat beliau keluar (murtad)
dari agama baru itu, Islam. Namun, itulah yang membuat Bilal semakin menguatkan
imannya.

Karena beliau menyadari kedamaian yang ada di dalam Islam,
dan menunjukkan ketakwaan tinggi kepada Allah SWT. Hingga turunnya wahyu,
tentang jaminan masuk surga, yang ditujukan kepada para assabikhunal awwalun
RA.

Hingga suatu saat, Umayyah bin Khalaf menyeret Bilal ke
tanah lapang, di tengah padang pasir. Lalu, dengan bantuan para algojonya,
Bilal ditidurkan di bawah teriknya matahari dan ditindih batu besar yang hampir
menutupi sebagian tubuhnya. Pada kondisi yang sangat kritis itu, beliau tetap
memegang ajaran kalimat tauhid, dan terus menyerukan, “Ahad, Ahad, Ahad.” (Allah
Yang Maha Esa)

Beliau mampu bertahan, hingga ditolong oleh Abu Bakar,
dengan membelinya dari Umayyah.

Semenjak saat itu, beliau telah merdeka dan mendapatkan
perlindungan dari Abu Bakar. Sehingga, penyiksaan fisik pun sudah sangat
berkurang. Hingga suatu saat tiba perintah untuk hijrah ke negeri Yastrib, atau
sekarang yang dikenal dengan Madinah.

Untuk lebih mengetahui lebih detail tentang cerita Sahabat Bilal, Adzan Terakhir yang Tak Pernah Terselesaikan, silahkan lihat di sini.

Amalan-amalan sahabat Bilal bin Rabbah.

 

Sejak dulu, sahabat Bilal juga sudah terkenal karena
memiliki suara yang merdu dan lantang. Terlebih lagi, lagu-lagu dan syair-syair
yang dilantunkan beliau, selalu membuat beliau disanjung sangat tinggi. Itulah
salah satu alasannya pula, mengapa beliau dibeli oleh Umayyah bin Khalaf,
mantan tuannya.

Lalu, momen puncak Bilal terjadi, ketika turunnya perintah sholat
wajib lima waktu, pada saat setelah Rosulullah Saw Isra’ Mi’raj untuk melupakan
kesedihan Beliau, yang ditinggal pergi dua pelindungnya, Siti Khadijah yang
selalu menghibur Beliau di dalam rumah, dan pamannya, Abu Thalib yang selalu
melindungi Beliau dari hinaan dan ‘pembulian’ para kafir Quraisy.

Untuk itu, Nabi Muhammad Saw meminta Bilal untuk
mengumandangkan adzan untuk pertama kalinya setelah turun wahyu dari Allah itu,
yakni sebagai tanda memanggil waktu sholat.

Dalam riwayat lain juga disebutkan, jika Allah SWT
memberikan mimpi kepada Bilal, mengenai bacaan “Asholatu khoirumminannaum”,
yang telah menjadi bacaan wajib dalam adzan sholat subuh. Saat itu, setelah beliau
mendapatkan mimpi itu, beliau langsung menemui Rosulullah Saw untuk meminta
pendapat. Lalu, Nabi Saw membenarkan mimpi itu, dan menyuruh Bilal untuk
menerapkan bacaan itu pada adzan sholat subuh.

Selain itu, sahabat Bilal juga merupakan salah satu dari 10
sahabat Rasulullah Saw yang dijamin masuk surga. Namun, hal itu tak membuat
beliau kendor dalam beribadah. Dalam beberapa riwayat diceritakan jika beliau
memiliki amalan-amalan khusus yang membuat ‘sandal’ beliau bisa masuk ke surga
terlebih dahulu, dari pada orangnya.

 

 

Ada beberapa amalan yang membuat sahabat Bilal bin Rabbah
dipermudah untuk masuk ke dalam surga.

 

1. Tetap memilih (istiqamah) untuk menjadi seorang muslim,
sekalipun ia disiksa dengan kejam.

 

Hal ini terjadi ketika majikannya tahu, bahwa budaknya
tersebut diam-diam telah masuk ajaran Islam. Tidak terima dengan pilihannya
itu, akhirnya Bilal disiksa dengan sedemikian rupa. Namun, dia tetap sabar
menghadapi segala ujian tersebut.

Tapi, Bilal tidak mau kembali ke dalam ke-‘kafiran’-nya, dan
tetap melantunkan ‘Ahadun Ahad, Ahadun Ahad…’ Hingga akhirnya, Bilal
dimerdekakan oleh Abu Bakar, dan menjadi salah seorang sahabat Nabi Saw.

 

2. Menjadi seorang Muadzin (orang yang mengumandangkan
adzan) untuk pertama kalinya.

 

Bilal jadi orang pertama yang sekaligus ditunjuk Rasulullah
untuk mengumandangkan azan. Suaranya merdu dan lantang, sehingga Nabi Saw pun
memilih beliau untuk menyerukan panggilan sholat itu

Bahkan dalam sejarah tercatat, tak kala Fathul Makkah
/ pembebasan kota Mekkah, sahabat Bilal lah yang diutus Rosulallah Saw untuk
mengumandangkan adzan dzuhur, di atas ka’bah. Hal ini tentu saja menjunjukkan,
seberapa tinggi derajat sahabat Bilal bin Rabbah.

 

3. Senantiasa menjaga wadhu (dawamul wudhu) kapanpun
dan dimanapun.

 

Di dalam Riyadhus Sholihin karya Imam Nawawi, pada bagian Kitab
Al-Fadhail;

بَابُ اسْتِحْبَابِ رَكْعَتَيْنِ بَعْدَ الوُضُوْءِ

(Bab Sunnahnya Shalat Dua Rakaat Setelah Wudhu)

 

Pada Hadits #1146 diriwayatkan:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ – رَضِيَ اللهُ عَنْهُ: أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ
– صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – قَالَ لِبِلاَلٍ: «يَا بِلاَلُ، حَدِّثْنِي
بِأَرْجَى عَمَلٍ عَمِلْتَهُ فِي الإِسْلاَمِ، فَإنِّي سَمِعْتُ دَفَّ نَعْلَيْكَ
بَيْنَ يَدَيَّ في الجَنَّةِ» قَالَ: مَا عَمِلْتُ عَمَلًا أَرْجَى عِنْدِي مِنْ
أَنِّي لَمْ أَتَطَهَّرْ طُهُوْرًا فِي سَاعَةٍ مِنْ لَيْلٍ أَوْ نَهَارٍ إِلاَّ
صَلَّيْتُ بِذَلِكَ الطُّهُورِ مَا كُتِبَ لِي أَنْ أُصَلِّ. مُتَّفَقٌ
عَلَيْهِ،وَهَذَا لَفْظُ البُخَارِي
.

«الدَّفُّ» بِالفَاءِ: صَوْتُ النَّعْلِ وَحَرَكَتُهُ عَلَى الأَرْضِ،
واللهُ أعْلَم
.

 

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepada Bilal,

“Wahai Bilal, ceritakanlah kepadaku tentang satu amalan yang
engkau lakukan di dalam Islam, yang paling engkau harapkan pahalanya. Karena,
aku mendengar suara kedua sandal-mu di surga.”

Bilal pun menjawab,

“Tidak ada amal yang aku lakukan, yang paling aku harapkan
pahalanya, daripada aku bersuci (berwudhu) pada waktu malam atau siang, pasti
aku melakukan shalat dengan wudhu tersebut (sholat lihurmatil wudhu)
sebagaimana yang telah ditetapkan untukku.”

(Muttafaqun ‘alaih. Lafal hadits ini adalah milik Bukhari)
[HR. Bukhari, no. 443 dan Muslim, no. 715].

Kata Ad-daffu adalah suara sandal dan gerakannya di
atas tanah, wallahu a’lam.

 

Pada kalimat ‘…aku bersuci (berwudhu) pada waktu malam atau
siang…’ ini menjunjukkan jika sahabat Bilal selalu menjaga/ melanggengkan wudhu
beliau di setiap waktu.

 

4. Melakukan sholat sunnah lihurmatil wudhu

 

Sholat lihurmatil wudhu adalah sholat sunnah yang
dilakukan, ketika seseorang telah selesai wudhu, yang mana terdiri dari dua
rakaat saja. Hal ini diketahui dari Hadits Shohih yang diriwayatkan Imam Bukhari
dan Imam Muslim di atas.

“…melainkan aku akan menunaikan sholat yang ditetapkan
bagiku untuk mengerjakannya.”

Jadi, setiap selesai melaksanakan wudhu, Bilal senantiasa
melakukan sholat sunah dua rakaat, yakni sholat lihurmatil wudhu.
Perbuatan itu senantiasa dilakukannya dalam setiap kesempatan. Selain itu, beliau
juga termasuk orang yang senantiasa memelihara wudhu/ dawamul wudhu.

Yakni, setiap kali batal, beliau akan langsung berwudhu
kembali. Dalam istilah Indonesia, sering disebut dengan memelihara wudhu, menjaga
wudhu, atau melanggengkan wudhu.

 

Semasa hidupnya, sahabat Bilal bin Rabbah telah meriwayatkan
44 hadits dari Nabi SAW. Di antaranya, Rasulullah bersabda:

 

عليكمْ بقيامِ الليلِ فإنَّه دأبُ الصالحينَ قبلكمْ، و قربةٌ إلى
اللهِ تعالى، و منهاةٌ عنِ الإثمِ، و تكفيرٌ للسيئاتِ، و مطردةٌ للداءِ عنِ الجسدِ

 

“Hendaklah kalian menunaikan sholat malam (tahajud) karena
sholat malam adalah tradisi (kebiasaan) orang-orang sholih sebelum kalian.
Sesungguhnya, sholat malam adalah amalan yang dapat mendekatkan diri kepada
Allah, dapat mencegah dari perbuatan dosa, mengampuni dosa-dosa kecil, dan
menghilangkan penyakit dari dalam badan.” (HR Tirmidzi).

 

Tentang sahabat Bilal sendiri, tercatat juga, selain sebagai
muazin, Bilal juga pernah menjabat sebagai bendahara Rasulullah di baitul mal. Lalu,
beliau juga tidak pernah absen, untuk mengikuti semua peperangan bersama
Rasulullah.  

Rasulullah SAW mengatakan, “Bilal adalah seorang penunggang
kuda yang hebat dari kalangan Habasyah (penduduk Habsyi).” (HR Ibnu Abi Syaibah
dan Ibn Asakir).

Sahabat Bilal bin Rabbah meninggal dunia di Damaskus pada 20
H. Jasadnya dimakamkan di sana. Namun, ada riwayat yang menyebutkan bahwa jasad
Bilal dimakamkan di wilayah Halb.

 

 

Faedah lain Hadits Sunnahnya Shalat Dua Rakaat Setelah Wudhu

 
بَابُ اسْتِحْبَابِ رَكْعَتَيْنِ بَعْدَ
الوُضُوْءِ

 

 1. Amalan yang
dilakukan sembunyi-sembunyi, lebih utama dari amalan yang dilakukan
terang-terangan (layaknya sholat malam, menjaga wudhu, sholat lihurmatil
wudhu
dll).

2. Hadits ini menunjukkan anjuran untuk melakukan shalat
sunnah setelah wudhu.

3. Hadits ini menunjukkan ada amalan kecil berpahala besar.

4. Bolehnya untuk bertanya pada orang saleh, tentang amalan ia
‘istimewakan’ (ditetapkan/diwajibkan bagi dirinya sendiri), sehingga bisa
dicontoh.

5. Bolehnya seorang guru bertanya pada muridnya tentang
suatu amalan, supaya memotivasi si murid untuk terus beramal jika itu amalan
baik. Atau, bisa dilarang jika itu amalan jelek.

6. Hadits ini menunjukkan keutamaan sahabat Bilal.

7. Dianjurkan untuk menjaga wudhu.

8. Masuk surga itu murni dengan rahmat Allah SWT, sedangkan
derajat di surga, sesuai amalan hamba.

9. Surga dan neraka adalah makhluk Allah yang sudah ada saat
ini.

10. Shalat sunnah lihurmatil wudhu bisa dilakukan di
waktu terlarang untuk sholat sekali pun (waktu istiwa’, setelah subuh hingga
terbit matahari, setelah sholat asyar hingga masuk waktu sholat magrib).

11. Shalat sunnah wudhu bisa diniatkan dengan shalat rawatib
atau non-rawatib, yang penting mengerjakan dua rakaat setelah wudhu.

 

 

Keutamaan shalat sunnah lihurmatil wudhu lainnya.

 

Dari ‘Uqbah bin ‘Amir Al-Juhaniy radhiyallahu ‘anhu, ia
berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

 

مَا مِنْ أَحَدٍ يَتَوَضَّأُ فَيُحْسِنُ الْوُضُوءَ وَيُصَلِّي
رَكْعَتَيْنِ يُقْبِل بِقَلْبِهِ وَوَجْهِهِ عَلَيْهِمَا إِلاَّ وَجَبَتْ لَهُ
الْجَنَّةُ

 

“Tidaklah seseorang berwudhu dan menyempurnakan wudhunya. Lalu,
ia shalat dua rakaat dengan sepenuh hati dan jiwa, melainkan wajib baginya (untuk
mendapatkan) surga.” (HR. Muslim, no. 234)

 

Dari Utsman bin ‘Affan radhiyallahu ‘anhu, ia berkata
bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

 

مَنْ تَوَضَّأَ نَحْوَ وُضُوئِي هَذَا ثُمَّ قَامَ فَرَكَعَ
رَكْعَتَيْنِ لَا يُحَدِّثُ فِيهِمَا نَفْسَهُ غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ
ذَنْبِهِ

 

“Barangsiapa yang berwudhu seperti wudhu-ku ini, kemudian
berdiri untuk melaksanakan dua rakaat dengan tidak mengucapkan pada dirinya
(konsentrasi ketika shalat). Maka, dia akan diampuni dosanya yang telah lalu.”
(HR. Bukhari, no. 160 dan Muslim, no. 22)

 

Al-Hafidz Ibnu Hajar rahimahullah mengatakan, “Di
dalamnya, ada anjuran shalat dua rakaat setelah berwudhu.”

Yang dianjurkan adalah melaksanakannya langsung, setelah
berwudhu.

 

Imam Nawawi rahimahullah berkomentar, “Dianjurkan dua
rakaat setelah wudhu, karena ada hadits shahih tentang itu.” (Al-Majmu Syarh
Al-Muhadzab, 3:376)

 

Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan, “Dianjurkan
shalat dua rakaat setelah berwudhu, meskipun pada waktu yang dilarang untuk
shalat, hal itu dikatakan oleh Syafi’iyyah.” (Al-Fatawa Al-Kubra, 5:345)

 

Zakariya Al-Anshari dalam mengatakan, “Dianjurkan bagi yang
berwudhu, untuk shalat dua rakaat setelah wudhu pada waktu kapan pun.” (‘Asna
Al-Mathalib, 1:44)

 

 

Amalan-amalan terbaik yang dilakukan para sahabat Rosulullah
Saw.

 

Amalan yang dilakukan sahabat yang dikenal dengan keindahan
suaranya itu, sekilas terlihat sederhana dan mudah dilakukan.

Beliau hanya membiasakan diri untuk shalat sunah setelah
berwudhu. Meskipun terlihat sederhana, penekanannya sebenarnya tidak bergantung
pada bentuk amalannya, tapi pada ‘keistiqamahan’ Bilal dalam melakukan amalan
tersebut.

 

Sejatinya, amalan apapun yang dilakukan dengan istiqamah dan
konsisten, selama ikhlas dan hanya mengharapkan ridha Allah, akan dibalas oleh
Allah SWT.

Oleh sebab itu, sepanjang hidupnya, Rasulullah Saw sangat
jarang membebani sahabat dengan amalan-amalan yang berat dan susah. Beliau seringnya
meminta para sahabat untuk melakukan amalan sesuai dengan kemampuannya dan
dilakukan secara konsisten.

Aisyah pernah ditanya oleh sahabat tentang amalan yang
disukai Rasul Saw, beliau menjawab,

 كان أحب العمل
إليه الدائم

Artinya, “Amalan yang paling disukainya adalah amalan yang
dilakukan terus-menerus (istiqomah).”

 

Perlu diketahui pula, amalan yang disukai Nabi Muhammad Saw
adalah amalan yang dilakukan terus-menerus, meskipun itu kecil dan ringan. Sesungguhnya,
melakukan ibadah secara konsisten tidaklah mudah dan butuh usaha keras untuk
mewujudkannya. Selain karena banyaknya godaan syetan dan situasi yang terkadang
mengharuskan kita untuk memilih antara amalan yang diistiqomahkan atau hal lain,
tentu saja dibutuhkan niat yang kuat untuk melakukannya.

Saking pentingnya istiqamah dalam beribadah, para ulama
mengingatkan, “Jadilah kalian pencari istiqamah, bukan pencari karamah.”

Andai kata, suatu saat amalan istiqomah itu terputus/bolong
satu hari, jangan terus bersedih dan kehilangan hari-hari berikutnya. Memang,
sebagai tempat salah dan dosa, manusia tak akan luput dari lubang kesalahan.
Sehingga, alangkah baik nan bijaknya, jika kita telah kehilangan satu hari atau
kesempatan untuk melakukan amalan yang telah diistiqomahkan, terus saja lakukan
pada kesempatan/ hari berikutnya. Jangan berhenti dan meninggalkan amalan
istiqomah tersebut.

Ingatlah, yang dinilai Alloh Swt itu bukan hanya seberapa besar
amalan yang kamu lakukan, atau sekecil apapun amalan yang kamu langgengkan.
Semua itu tidak ada artinya, jika tak ada kesungguhan niat dalam men-dawam-kan
amalan tersebut, sebagai bukti kesungguhan kita dalam beribadah.

Wallahu a‘lam.

 

Semoga bermanfaat.

 

 

 

Referensi:

Al-Ajru Al-Kabir ‘ala Al-‘Amal Al-Yasir. Cetakan pertama,
Tahun 1415 H. Muhammad Khair Ramadhan Yusuf. Penerbit Dar Ibnu Hazm.

Al-Majmu’ Syarh Al-Muadzdzab li Asy-Syairazi. Cetakan kedua,
Tahun 1427 H. Abu Zakariyya Yahya bin Syarf An-Nawawi. Penerbit Dar ‘Alam
Al-Kutub.

Bahjah An-Nazhirin Syarh Riyadh Ash-Shalihin. Cetakan
pertama, Tahun 1430 H. Syaikh Salim bin ‘Ied Al-Hilali. Penerbit Dar Ibnul
Jauzi.

Kunuz Riyadh Ash-Shalihin. Cetakan pertama, Tahun 1430 H.
Prof. Dr. Hamad bin Nashir bin ‘Abdurrahman Al-‘Ammar. Penerbit Dar Kunuz
Isbiliyya.

 

Leave a Comment