Apa manfaat Lailatul Qadr pada era globalisasi ini?

 
Manfaat Malam Lailatul Qadar pada Era
Globalisasi
مَنْ
قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ
ذَنْبِهِ
“Barangsiapa
yang menghidupkan lailatul qadar dengan shalat malam atas dasar iman dan
mengharap pahala dari Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.”
(HR. Bukhari no. 1901 dan Muslim no. 760)

Berkah
malam Lailatul Qadr adalah sebuah persoalan metafisik-spiritual yang hanya
dapat direspon dengan iman dan Islam. Nabi SAW mengisyaratkan adanya berkah
besar di malam Lailatul Qadr. Sehingga seorang muslim mestinya berlomba-lomba
untuk mendapatkan keberkahannya tanpa berfikir manfaat.
Makna
hadis di atas tentu kurang menarik bagi kaum hedonis, karena tidak adanya rasa
enak dan nyata saat ini. Namun, tidak mungkin berkahnya malam Lailatul Qadr
hanya berdimensi ukhrawi saja, pasti ada atsar duniawi (manfaat
keduniaan) meskipun tidak harus berwujud limpahan materi.
Barang
siapa yang mendapat keberkahan pada malam Lailatul Qadr pasti akan ada yang
bertambah dalam kehidupannya. Contohnya, hidupnya semakin tenang, ibadahnya
semakin baik, rezekinya semakin berkah, segala urusannya semakin mudah, dan
lain sebagainya.
Orang
yang mendapat berkah Lailatul Qadr pasti adalah orang yang bertaqwa. Sedangkan
orang yang bertaqwa itu mendapat jaminan dari Allah SWT untuk di berikan solusi
pada semua masalahnya. Orang yang bertaqwa akan diberikan rezeki dengan cara
tak terduga, dimudahkan segala urusannya, diampuni segala dosanya dan bahkan
diberikan pahala berlipat ganda. Sebagaimana dalam firman Allah QS. At-Thalaq:
وَمَن يَتَّقِ ٱللَّهَ يَجْعَل لَّهُۥ
مَخْرَجًا
“…Barangsiapa bertakwa kepada Allah
niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar.”
Adakah
kenikmatan yang lebih besar dan lebih baik daripada itu?
Dalam
ayat penutup surat Al-Qadr, bahwa Lailatul Qadr itu berlangsung mulai
terbenamnya matahari sampai terbitnya fajar.
سَلٰمٌ
هِىَ حَتّٰى مَطۡلَعِ الۡفَجۡرِ
“Sejahteralah
(malam itu) sampai terbit fajar.”
Pada
era global sekarang ini, banyak pertanyaan yang bermunculan. Seperti fajarnya
di negeri mana? Jikalau di Malang sudah terbit fajar tetapi di Medan kan belum,
apalagi di Makkah dan Madinah? Apakah Lailatul Qadr itu berjalan mengikuti
putaran malam? Apakah para malaikat juga mengikutinya? Bagaimana jika kita naik
pesawat super cepat agar bisa terus menerus mendapatkan malam hampir tanpa
terbitnya fajar? Dan begitulah sederet pertanyaan mengenai malam Lailatul Qadr.
Kita
harus menyadari bahwa malam Lailatul Qadar itu merupakan masalah
metafisik-spiritual, bukan sesuatu yang fisik-rasional. Sehingga dalam
meresponnya pun tidak bisa hanya dengan presepsi nalar-formal saja.
Pemahaman
yang mendekati kemungkinan benar adalah bahwa berkah malam Lailatul Qadr
diturunkan oleh Allah SWT secara menyeluruh di muka bumi. Namun, peluang tiap
orang untuk mendapatkan keberkahannya itu berbeda. Tidak semua hamba yang
menemukannya berarti mendapatkan keberkahannya. Semua itu tergantung pada
amalaiyah ia selama hidup. Allah SWT yang Maha Mengetahui apakah ia berhak
mendapatkan keberkahan Lailatul Qadr atau tidak.
Sebab,
jika semua orang yang menemukan malam Lailatul Qadar berarti juga mendapatkan
keberkahannnya, tentu tidak adil. Jikalau ada orang yang sejak awal Ramadhan
rajin sekali beribadah dan mengintensifkan amal baiknya, kemudian mendapat
keberkahan sama seperti orang yang hanya nyegat malam Lailatul Qadr
saja. Maka dari itu, hamba yang mendapatkan keberkahan Lailatul Qadr hanyalah
hamba yang sudah terpilih oleh Allah SWT.
Lalu
bagaimana dengan wanita yang tidak dapat beribadah pada malam Lailatul Qadr (sedang haid),
apa yang harus dilakukannya agar bisa mendapatkan keberkahan malam tersebut?
Yuk..!!
Baca di link berikut ini
Banyak
riwayat yang menjelaskan mengenai kapan terjadinya malam Lailatul Qadr pada
bulan Ramadhan. Jumhur ulama berpendapat bahwa Lailatul Qadr terjadi setiap
tahun pada bulan romadhon dan berulang-ulang sampai hari kiamat (HR. Bukhari).
Namun, sebagian kaum Syi’ah berkeyakinan bahwa Lailatul Qadr hanya terjadi satu
kali, yaitu pada zaman Nabi SAW saja.
Keberkahan
malam Lailatul Qadr sangatlah besar, maka waktu tepat terjadinya sengaja
dirahasiakan agar menjadi suatu yang diincar dan diperebutkan setiap muslim
peminatnya.
Jadi,
banyaknya riwayat hadis tentang waktu terjadinya Lailatul Qadr bukan berarti
Rasulullah SAW tidak konsisten. Namun, itu merupakan sikap bijak sebagai
motivasi bagi umatnya untuk terus beribadah dan berbuat baik.
Persoalan
muncul di suatu negara, tidak bisa dibuktikan dengan hitungan matematika dan
logika murni, karena Lailatul Qadr menjadi hak mutlak dan rahasia Allah SWT.
Ini
merupakan persoalan keimanan, keyakinan, kepercayaan dan kemantapan hati. Sehingga
barangsiapa yang ingin mendapatkan keberkahan malam Lailatul Qadr tidak perlu
pusing memikirkan perhitungan yang detail tentang kapan malam ganjilnya. Namun,
pastilah ia mendeteksinya tiap malam dengan terus menginvestasikan waktunya
untuk beribadah dan berbuat baik.
Wallahu
a’lam..

Leave a Comment