Apakah cinta itu dosa, ataukah anugrah?

Dosa dan Cinta, Apakah Selalu Beriringan atau Bersebrangan?

Pernahkah kita melihat seseorang yang tergila-gila karena cinta? Hingga dia sudah tak memiliki rasa rasionalitas lagi. Bahkan, untuk memikirkan kehidupannya sendiri pun dia tak bisa. Dia hanya memikirkan bagaimana si pujaan hati bisa bahagia.

Pernah?

Atau, pernahkah kita melihat seseorang yang sebenarnya sadar, kalau dia telah dimanfaatkan oleh si pujaan hati. Tapi, dia dengan engan pergi meninggalkannya? (istilah kerennya, bucin).

Padahal, cinta yang sebenarnya itu tak hanya membawa dampak buruk. Sebenarnya, ada banyak cara yang bisa dilakukan.

Agar seseorang dapat masuk surga karena cinta.

قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ



Katakanlah (Muhammad), “Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.  (Ali Imran: 31)


Cinta yang Hakiki

Pernahkah kita mendengar istilah itu?

Ya, benar, Cinta Hakiki adalah cinta yang bisa membuat kita mendekatkan diri kepada Allah swt. Bukan hanya itu, Cinta Hakiki juga bisa membuat seorang pendosa menjadi hamba Allah swt yang taat.

Sulit?

Kata siapa.
Andai kata itu kata-kata seorang pendosa, tentu itu sulit.
Namun, andaikata itu kata-kata seorang alhi ilmu, tentu tidak.

Jadi, itu tergantung dari siapa yang kita tanyakan untuk mencari jawaban atas kebimbangan kita.

Mudahnya, setiap orang itu mempunyai keahlian masing-masing.
Andai engkau ingin bertanya. Tanyakanlah pada ahlinya. Bukan pada teman, kawan, atau pun orang asing. Di mana engkau sendiri tak tahu kadar keahlian ilmunya.

Kembali lagi ke laptop.

Apakah cinta itu dosa?

Tentu saja jawabannya tidak. Cinta itu seperti alat untuk memenuhi kebutuhan manusia. Tak ada yang salah dengan cinta. Yang salah yaitu, ketika cinta kita telah terbudak oleh hawa nafsu.

Ya, benar.
Tugas syetan di dunia ini adalah untuk menyesatkan manusia, agar bisa masuk ke neraka. Salah satunya adalah dengan menggunakan hawa nafsu.

Pernahkah kita melihat orang yang pacaran hingga rela menyerahkan keperawanan ataupun keperjakaan mereka?

Ya, itu terjadi. Dan mulai sangat marak.
Anehnya, mereka masih mengecap diri mereka sebagai seorang ‘Muslim’. Sungguh miris sekali.

Padahal, dosa berzina itu sangat berat.

Tapi, karena mereka kalah dengan hawa nafsu. Entah itu karena lemahnya iman mereka atau karena paksaan sang pujaan hati. Tentunya, itu akan menjadi aib yang bisa menurun ke anak.

Pikirkanlah dengan baik, sebelum kita bertindak.

Lalu, apakah kita tak harus mencintai seseorang?

Tentu tidak.

Untuk meraih keluarga sakinah, mawadah, dan rahmah kita tentu membutuhkan cinta sebagai dasarnya.

Mengapa, karena cinta adalah benih kecil yang akan membuat ‘komitmen/tanggung jawab’ agar seseorang mau mempertahankan ikatan keluarganya.

Andai kata tidak.

Tentu, hadirnya orang ketiga (pelakor atau pebinor)  akan sangat mudah. Ingatlah, orang ketiga tidak akan pernah bisa masuk, andai kata si pemilik rumah tidak membuka pintu untuknya.

Karena itulah, memahami perilaku istri, juga sangat penting bagi si suami. Ataupun, si istri yang harus bisa mengerti bagaimana perilaku suami. Semua itu saling tumpang tindih dan berkaitan satu sama lain.

Tidak ada yang bisa mempertahankan ikatan keluarga, andai kata bukan kedua orang yang ada di dalam rumah tersebut.

Wallohu’alam

Leave a Comment