Dampak pada seseorang yang suka selfi
Hayo… siapa yang suka selfi?
Mungkin, kalian akan merasa, jika selfie adalah hal yang wajar di era ini. Terlebih lagi dengan adanya media digital dan dunia maya. Tentunya, perilaku untuk selfi akan terus berkembang tanpa terbendung.
Namun…
Apakah kalian tahu, sebenarnya selfi juga memiliki hal buruk lho…
Ya, media sosial tak mesti baik. Ada dampak buruknya juga.
Yang harus kalian tahu…
Saat dampak buruk sosmed menyerangmu.
Tapi, sebelum kita membahas lebih jauh, mari kita bahas dulu tentang manusia secara psikologis.
Kita sudah mengetahui jika kecerdasan atau tingkat kesadaran seseorang itu tidak hanya bergantung dari IQ
(Intelligence Quotient) saja.
Sebenarnya, tingkat kesadaran orang itu juga bisa berasal dari SQ (Spiritual
Quotient), AQ (Adversitas Quotient), EQ (Emotional Quotient), dan ESQ
(Emotional Spiritual Quotient).
Pasti pada binggung, tentang istilah-istilah baru yang berkaitan dengan sisi kesadaran atau kecerdasan seseorang.
Tak usah binggung, mari kita bedah istilah-istilah itu bersama. Lalu, apakah dampak selfi bagi bagian-bagian kecerdasan atau emosi itu.
Untuk penjelasan singkatnya,
IQ (Intelligence Quotient) yaitu, kecerdasan atau emosi yang berdasarkan ilmu pengetahuan yang didapat oleh seseorang. Seperti belajar bidang A, dan menjadi ahli dalam bidang A itu.
EQ (Emotional Quotient) yaitu, kecerdasan atau emosi yang berdasarkan ilmu
emosional yang didapat oleh seseorang. Seperti, sikap dermawan dari seseorang yang sering memberi.
SQ (Spiritual Quotient) yaitu, kecerdasan atau emosi yang berdasarkan ilmu spiritual yang didapat oleh seseorang. Seperti, sikap penyabar karena seseorang sering legowo.
AQ (Adversitas Quotient) yaitu, kecerdasan atau emosi yang berdasarkan ilmu pengalaman yang didapat oleh seseorang. Seperti, insting pebisnis atau investor, yang mengetahui peluang suatu usaha atau perusahaan.
ESQ (Emotional Spiritual Quotient) yaitu, kecerdasan atau emosi yang bedasarkan antara pengamalan ilmu spiritual dan emosional oleh seseorang. Seperti, seseorang yang selalu tenang, karena percaya akan kuasa dan janji-janji Tuhannya.
Nah… dalam kasus ini…
Kita hanya akan berfokus tentang EQ, dengan maraknya tren selfi.
Secara simpel, EQ akan dinilai semakin tinggi, bila seseorang dapat mengatur
semua hal yang ada di sekitarnya, berdasarkan sisi emosionalnya.
Nah…
Maraknya selfi, ternyata merupakan sebuah kemunduruan EQ seseorang. Mengapa?
Karena pada saat selfi, seseorang itu cenderung mengikuti emosionalnya
yang kurang tertata. Atau bisa dikatakan, kecerdasan dalam mengatur
emosinya sangat rendah. Karena, ketika dia sudah nyaman dalam satu pose. Maka, kecenderungan untuk mencoba pose lain akan menurun.
Tentunya, hal ini karena disebabkan oleh dorongan emosi, tentang menghadirkan foto terbaik. Entah untuk diri sendiri atau dipublikasikan di dunia maya.
Terlebih lagi, faktor EQ sekarang sangatlah atau sengaja ditinggalkan. Mengapa?
Karena, orientasi hidup kita sekarang lebih banyak bertumpu pada
IQ…
Ya, benar nilai kepintaran seseorang.
Seseorang akan dianggap juara atau pantas masuk perusahaan, karena kepintaran yang ia miliki.
Namun, mereka tak sadar, jika EQ itu juga penting untuk membentuk sikap seseorang.
Lantas, apa dampaknya
jika EQ lemah?
Selain membuat seseorang menjadi punya sifat tertutup atau mengisolasi diri… oran itu juga akan mengarahkan seseorang pada sifat individualis. Di mana, sikap itu akan menunjukkan “ke-aku-an” diri orang tersebut, sehingga berdampak
tak langsung pada ESQ orang tersebut…
Dampak lebih lanjut, sikap itu akan
merambat pada SQ orang tersebut… Mulai berubahnya sikap itu menjadi lebih mementingkan diri sendiri, tanpa memikirkan perasaan orang lain. Orang itu akan merasa baik, andai dirinya merasa nyaman. Terlepas dari semua orang yang ada di sekitarnya.
Di sisi lain, AQ orang tersebut juga akan ikut terganggu. Karena, AQ itu didapat ketika EQ dan IQ itu
berkolaborasi dalam menjawab tantangan dan persoalan kehidupan.
Sebenarnya, dampak seperti ini akan merasuki tipe-tipe orang yang dimanja oleh orang tuanya, namun tak mendapatkan kontrol saat melakukan hal-hal yang ia suka, atau penasaran.
Itulah mengapa…
EQ itu adalah salah satu faktor penting yang perlu terus di tambah… bukannya di kurangi…
Sama halnya dengan Quotient yang lain.
Tentu, semua hal ini hanya dapat dilihat setelah efek jangka panjang mulai muncul…
Sementara itu,
dalam efek jangka pendek. Hal itu sangat sulit untuk disadari.
Nah…
Setelah mengetahui hal itu…
Kita kembali pada selfi…
Sama seperti hal lain yang dilakukan selama berlebihan, maka selfi juga memiliki sebuah efek buruk yang
dapat diketahui banyak orang. Namun, efek atau dampaknya hanya terasa setelah jangka panjang.
“Selfi itu boleh. namun tidaklah harus selalu… dalam setiap kesempatan… cukup sewajarnya saja…
Karena, semakin banyak kamu selfi, menunjukkan EQ-mu mengalami penurunan perlahan. Bila, tak diimbangi kegiatan lain yang meningkatkan EQ-mu tersebut.”