Benarkah setan dibelenggu pada bulan Ramadhan?

Penjelasan Mengenai Dibelenggunya Setan Selama Bulan Ramadhan
Bulan
Ramadhan adalah bulan yang sangat mulia. Rasulullah SAW bersabda: “Apa
bila tiba bulan Ramadhan, maka dibukalah pintu-pintu surga dan ditutup lah
pintu-pintu neraka, dance setan-setan dibelenggu
” (HR. al-Bukhari, Muslim,
dan lain-lain dari Abu Hurairah)

Dalam
memaknai dan memahami hadis tersebut, para ulama dibagi menjadi dua kelompok
besar, yaitu kaum tekstual dan kaum kontekstual. Keduanya memiliki pendapat dan alasan yang kuat.
Para
ulama tekstual, tentunya memaknai dan memahami hadis tersebut berdasarkan
harfiyah (apa adanya secara bahasa, leterlijik). Mereka menjelaskan bahwa pada
bulan suci Ramadhan pintu surga memang benar-benar dibuka, pintu neraka pun memang
benar-benar ditutup, dan setan-setan memang benar-benar dibelenggu.
Demikian
merupakan pemaknaan dan pemahaman yang tentunya lebih mudah disampaikan pada
orang awam. Pemahaman tersebut lebih aman dari kemungkinan disalahkannya,
karena dalam makna hadisnya memang seperti itu.
Ulama
tekstual meyakini bahwa surga dan neraka itu memang sudah ada, bahkan sudah
berfungsi. Alasan mereka mengatakan hal tersebut, bahwasannya ketika Rasulullah
SAW melakukan Mi’raj, beliau ditampakkan suasana penghuni surga dan keadaan
neraka.
Rasulullah
SAW bersabda: “Aku menjenguk ke surga, aku dapati kebanyakan
penghuninya orang-orang fakir miskin dan aku menuju ke neraka, aku dapati
kebanyakan penghuninya kaum wanita”
(HR. Ahmad).
Mengenai
dibelenggunya setan, ulama tekstual menyandarkannya pada makna firman Allah SWT
dalam QS. Shad ayat 37-38:
وَ
الشَّیٰطِیۡنَ کُلَّ بَنَّآءٍ وَّ غَوَّاصٍ
وَءَاخَرِينَ
مُقَرَّنِينَ فِى ٱلْأَصْفَادِ
 
“Dan
(Kami tundukkan pula kepadanya) setan-setan, semuanya ahli bangunan dan
penyelam,
dan syaitan yang lain yang terikat dalam
belenggu.”



Nah,
di bulan suci Ramadhan setan-setan itu memang dibelenggu secara fisik sehingga
tidak dapat berkutik dan tidak lagi mengganggu manusia.
Mengapa
harus dibelenggu?
Semua
setan pada bulan suci Ramadhan dibelenggu, karena betapa mulianya dan begitu banyaknya keistimewaan pada bulan tersebut. Allah SWT
memerintahkan umat Islam untuk melakukan banyak amal kebaikan, dan menjauhi
segala perbuatan maksiat, dikarenakan tidak ada lagi yang menggoda.
Jika
masih banyak terjadi perbuatan maksiat pada bulan suci Ramadhan, maka itu menandakan
bahwa hawa nafsu manusia lah yang berperan. Mereka tidak dapat berasalan bahwa
setan sebagai penyebab kemaksiatannya, karena semua setan sudah dibelenggu.
Adapun
pendapat ulama kontekstualise, mereka memaknai dan memahami sabda Nabi SAW tersebut
sebagai ungkapan metaforis. Ungkapan dalam sabda Nabi SAW ditujukan sebagai kiasan, majazi
dan tidak sesungguhnya.
Mereka
berpendapat bahwa pintu surga dibuka, itu menggambarkan betapa mudahnya orang
berbuat baik pada bulan suci Ramadhan. Betapa tingginya pahala yang didapat
oleh orang yang banyak melakukan amal kebaikan pada bulan itu. Maka, pada bulan tersebut orang
Islam dianjurkan memiliki semangat dan motivasi tinggi untuk melakukan
kebaikan. Dari kiasan tersebut mengindikasikan bahwa seakan pintu surga terbuka
untuk mereka.
Yang
dimaksud bukanlah pintu surga secara fisiknya, karena sebenarnya surga itu
belum ada sampai sekarang, namun kelak pasti akan ada.
Ketika
Nabi SAW melakukan mi’raj, penghuni surga yang ditampakkan hanyalah
penggambaran atau ilustri saja, bukan sebenarnya. surga baru akan ada
penghuninya ketika semua manusia sudah meninggal dunia, sudah terjadi kiamat,
serta perhitungan (hisab) dan dilakukannya penimbangan (mizan)
segala amal.
Pintu
neraka ditutup merupakan penggambaran betapa tingginya sensitivitas umat Islam
terhadap dosa pada bulan Ramadhan. Betapa tingginya kesadaran umat Islam untuk
menjauhi perbuatan maksiat pada bulan tersebut, sehingga menggambarkan seakan
pintu neraka tertutup untuk mereka.
Yang
dimaksud bukanlah pintu neraka secara fisiknya, karena sampai saat ini neraka
belum ada dan kelak pasti akan ada. Neraka akan berfungsi ketika semua manusia
sudah mati, terjadi kiamat, dan amal perbuatan sudah dihitung dan ditimbang.
Mengenai
dibelenggunya setan pada bulan suci Ramadhan, bukanlah setan itu benar-benar
dibelenggu, karena buktinya pada bulan Ramadhan masih banyak sekali perbuatan
maksiat. Banyak sekali orang yang masih durhaka pada bulan itu, dan pastinya
melibatkan setan yang masih berkeliaran untuk mencari mangsa.
Rasulullah
SAW bersabda bahwa setan-setan itu dibelenggu pada bulan Ramadhan, hanyalah
sebagai gambaran saja. Kata-kata tersebut ditunjukkan untuk mengilustrasikan
betapa tidak berkutiknya setan untuk menggoda umat yang beriman dan sedang
berpuasa karena mereka sedang menikmati beribadah. Umat Islam memiliki semangat
yang tinggi untuk melakukan amal kebaikan serta sadar dan sensitif terhadap
perbuatan dosa.
Dari
kedua pendapat yang dipaparkan di atas, semua pemahaman dapat
dibenarkan menurut perspektif fiqih dan aqidah. Untuk menghadapi kaum yang masih
awam, maka lebih baik menggunakan pemahaman secara tekstual. Sedangkan untuk
kaum terpelajar, pemahaman secara kontekstual lebih tepat.
Wallahu
a’lam…

Leave a Comment