Bani Quraizah yang berkianat pada kaum Muslimin
Sa’ad bin Muadz – Pada tahun 622 M (5 H), terjadi dua perang beruntun yang dilakukan
kaum Muslimin.
Perang pertama terjadi, ketika kaum Yahudi dari Bani Nadir dan
Bani Wail melakukan siasat dan bujuk rayu kepada para pembesar kaum Quraisy dan
Bani Ghatafan untuk menyerang Madinah. Mereka beralasan, jika tindakan kaum
Muslimin yang mencegat dan menjarah kafilah-kafilah dagang yang menuju Syam dan
Yaman, sangat berbahaya.
Apabila tindakan ini terus didiamkan, maka kekuatan kaum Muslimin
akan terus membesar dan mengambil alih eksistensi dari mereka. Tentu saja, para
pembesar kaum Quraisy yang dipimpin oleh Abu Sufyan merasakan bahaya itu.
Karena, dia juga salah satu kafilah yang sudah beberapa kali dijarah oleh kaum
Muslimin.
Tanpa menunggu waktu lama, pasukan aliansi antara kaum
Quraisy, Bani Ghatafan, dan kabilah-kabilah lain pun berangkat menuju Madinah.
Di sisi lain, Bani Nadir yang hanya men-support pasukan
aliansi dengan sumber pangan dan penyerahan hasil panen, melakukan kontak
secara sembunyi-sembunyi dengan kerabat mereka, kaum Yahudi dari Bani Quraizah.
Perwakilan Bani Nadir dan Bani Wail ini mengatakan, jika apa
yang dilakukan Muhammad Saw kepada mereka (diusir dari Madinah, dan menetap di
Khaibar), akan juga terjadi kepada Bani Quraizah yang telah terpinggirkan
secara perlahan atas dominasi di Madinah.
Tentu saja, para pemuka Bani Quraizah juga merasakan hal
yang sama. Mereka khawatir atas tindakan kaum Muslimin yang menjarah
tanah-tanah mereka, dan menuntut pajak dari mereka. Di mana, mereka dahulu bersama
dengan Bani Nadir dan Bani Wail adalah penguasa di kota Yastrib ini.
Pada akhirnya, terjadilah perang Khandaq yang terkenal itu.
Mulanya, Bani Quraizah selalu memberikan alasan
diulur-ulurnya bantuan pangan dan alat-alat perang yang dijanjikan dengan
Muhammad Saw. Kaum Muslimin saat itu sudah menyadari gerak-gerik aneh dari Bani
Quraizah ini, namun mereka harus menyisihkan hal itu, karena musuh mereka telah
datang.
Lalu, ketika pecahnya perang Khandaq, beberapa pasukan Bani Quraizah
mulai menyusup ke tenda-tenda kaum Muslimin untuk membunuh para tokoh-tokoh
berpengaruh di sana. Tercatat, jika seorang wanita dari Bani Quraizah berhasil
membunuh salah seorang sahabat senior.
Tentu saja, hal ini membuat kaum Muslimin semakin terdesak,
karena mereka menyadari jika musuh tak hanya datang dari depan, melainkan dari
punggung mereka juga.
Untuk mengatasi hal ini, Rasulullah Saw mengutus 1.000 orang
sahabat untuk berpencar dan mengawasi Bani Quraizah.
Sebenarnya, Bani Quraizah ingin melakukan serangan terhadap kaum
Muslimin, namun alur medan perang tak terjadi sesuai harapan mereka. Kaum Muslimin
yang tergencet dari dua sisi, ternyata masih kokoh dan sulit ditembus.
Ternyata, hal ini disebabkan oleh ide absurd Salman al-Farisi
tentang membangun parit besar di pintu keluar kota Madinah, di mana ide perang seperti
itu tak ladzim bagi orang Arab kala itu.
Dan pada akhirnya, pasukan aliansi terpecah belah sendiri,
ketika ada seorang sahabat yang baru saja masuk Islam, dan melakukan siasat untuk
memperlemah kepercayaan di antara para kabilah-kabilah ini.
Perang dengan Bani Quraizah
Bani Quraizah juga harus ikut menanggung akibat kekalahan
dari pasukan aliansi antara kaum Quraisy, Bani Ghatafan, dan kabilah-kabilah Arab
lainnya. Karena, mereka telah memutuskan untuk berkhianat terhadap Muhammad
Saw.
Dugaan mereka tak meleset, setelah pasukan Muslimin bergerak
dari medan perang Khandaq. 3.000 pasukan Muslimin yang telah bertempur di perang
Khandaq, akhirnya mengepung perkampungan Bani Quraizah yang hanya memiliki 1.000
pasukan.
(Itu juga menjadi alasan lain, mengapa Bani Quraizah tak
langsung menyerang pasukan Muslimin, yang memiliki pasukan lebih banyak dari
mereka.)
Terjadi beberapa serangan di sana, hingga syahid-nya
beberapa sahabat dan jatunya korban dari sisi Bani Quraizah.
Namun, setelah 25 hari, Bani Quraizah mulai kelelahan dan
kehabisan pangan. Di sisi lain, Allah Swt juga menanamkan rasa takut di hati
mereka. Sehingga, mereka menyakini jika pasukan Muslimin tak akan meninggalkan
mereka sendirian.
Untuk mengetahui lebih jelas tentang Perang Bani Quraizah, silahkan
lihat di sini.
Perundingan dengan Bani Quraizah
Rasulullah Saw berkata kepada Bani Quraizah, “Apakah kalian
ridha, dengan siapa pun orang yang memberikan hukum di antara kalian?”
Mereka menjawab, “Ya.”
Maka, Beliau Saw berkata, “Serahkanlah (keputusan hukum ini)
kepada Sa’ad.”
Dalam banyak kitab sirah disebutkan jika Bani Quraizah sudah
tunduk kepada Nabi Saw, sebelum tunduk kepada hukum Sa’ad bin Muadz.
Alqamah bin Waqash meriwayatkan, tatkala kondisi dan situasi
terasa berat bagi mereka (Bani Quraizah), seseorang memerintahkan,
“Tunduklah kalian kepada keputusan Rasulullah Saw!”
Tatkala mereka meminta petunjuk kepada Abu Lubabah (seseorang
yang dipercayai Bani Quraizah), beliau menjawab:
“Kami tunduk kepada hukum Sa’ad bin Muadz.”
Setelah itu, menanggapi panggilan Rasulullah Saw, Sa’ad bin
Muadz berkata,
“Dalam hal ini, aku memutuskan agar para tawanan (perang)
dibunuh. Para wanita dan anak-anak disekap dan harta bendanya dibagi-bagikan.”
Ibnu Ishak menyebutkan, jika mereka disekap di rumah Bintu
Harits, dan menurut riwayat Abul Aswad mereka disekap di rumah Usamah bin Zaid.
Dalam hadits, sahabat Jabir menyebutkan, jika mereka disekap
di dua rumah.
Ibnu Ishak juga menambahkan, “Kaum Muslimin membuat parit,
kemudian leher mereka dipenggal, dan darah mereka pun mengalir di parit-parit
tersebut. Kemudian harta benda, para wanita, dan anak-anak mereka
dibagi-bagikan kepada kaum Muslimin.”
Demikianlah kisah tentang keputusan Sa’ad bin Muadz pada
Bani Quraizah, yang telah menghianati perjanjian dengan kaum Muslimin, pada
saat perang Khandaq.
Untuk mengetahui tentang kehidupan Sa’ad bin Muadz yang menggetarkan ‘Arsy, silahkan lihat di sini.
Sebagai pelajaran, hendaknya kita memenuhi janji apapun
yang telah kita ikrarkan. Andaikata kita tidak bisa melakukannya, janganlah
menusuk dari belakang atau pun menyebarkan kabar yang tak sesuai, demi
keuntungan kita semata.
Wallohu’alam