Kisah Hikmah: Antara Sabar dan Mengeluh

Kisah
Seorang Wanita yang Diuji Kesabarannya
Dalam
menjalani kehidupan, kita sering dihadapkan dengan berbagai persoalan. Adakalanya
menyenangkan dan adakalanya menyedihkan. Ketika Allah menguji hamba-Nya dengan
suatu cobaan hidup yang kita anggap berat, terkadang membuat diri kita sedih,
putus asa, dan pasrah dengan keadaan.


Namun,
sejatinya Allah memberikan cobaan sesuai dengan batas kemampuan hamba-Nya itu
sendiri. Tak perlu takut, cukup kita hadapi saja dengan bersabar dan terus
berusaha menyelesaikannya semaksimal mungkin.

Berikut
ini merupakan kisah seorang hamba Allah yang sedang diuji kesabarannya. Yuk kita
baca dengan seksama, semoga bisa diambil mutiara hikamahnya.

Alkisah,
pada zaman dahulu ada seorang laki-laki bernama Abul Hasan. Dia sedang pergi
naik haji ke Baitullah. Ketika dia sedang tawaf, tiba-tiba dia melihat seorang
wanita yang wajahnya bersinar dan berseri.

“Demi
Allah, sebelumnya aku tidak pernah melihat seorang wanita berwajah cantik dan
bersinar seperti itu. Saat ini aku melihatnya, tidak lain karena aku tidak
pernah merasa risau dan bersedih hati.”

Seketika itu juga,
sang wanita mendengar ucapan Abul Hasan. Kemudian ia bertanya, “Apakah

yang kau katakan
wahai saudaraku? Demi Allah aku tetap terbelenggu oleh perasaan
dukacita dan luka hati kerana risau,
dan tidak ada seorang pun yang menyekutui
aku dalam hal ini.”

Abu Hassan bertanya, “Bagaimana dengan hal yang merisaukanmu?”

Wanita itu
menjawab, “Pada suatu hari ketika suamiku sedang menyembelih
kambing korban, dan pada saat itu
aku mempunyai dua orang anak. Satu anak sudah boleh
bermain dan yang satu masih menyusu. 
Ketika itu aku bangun untuk membuatkan makanan, tiba-tiba anakku
yang sudah cukup besar berkata pada adiknya,
“Hai adikku, sukakah aku
tunjukkan padamu bagaimana ayah menyembelih
kambing?”
Adiknya pun menjawab, “Baiklah kalau begitu.”
 
Lalu adiknya
disuruh untuk berbaring dan disembelihlah leher adiknya itu.
Kemudian dia merasa ketakutan
setelah melihat banyak darah yang keluar.
 Dia segera berlari ke atas bukit yang mana di sana ia dimakan oleh serigala.

Setelah beberapa saat, ayahnya pun pergi mencari anaknya sehingga mati
kehausan. Ketika aku letakkan bayiku
untuk keluar mencari suamiku,
tiba-tiba bayiku merangkak menuju ke periuk
yang berisi air panas. Ditariknya
periuk tersebut dan tumpahlah air panas
terkena ke badannya  sehingga habis melecur kulit badannya.
Berita
ini terdengar
kepada
anakku yang telah menikah dan tinggal di daerah lain, maka ia jatuh
pingsan hingga sampai menuju
ajalnya. Kini aku tinggal sebatang kara diantara mereka semua.”

Abul Hasan bertanya kembali, “Bagaimanakah kesabaranmu
menghadapi
semua
musibah yang sangat hebat itu?”

Wanita itu
menjawab, “Tiada seorang pun yang dapat membedakan antara
sabar dengan mengeluh, melainkan ia
menemukan di antara keduanya ada
jalan
yang berbeda. Adapun sabar dengan memperbaiki yang lahir, maka hal
itu baik dan terpuji akibatnya. Dan
adapun mengeluh, maka orangnya tidak
mendapat ganti yakni sia-sia
belaka.”
Demikianlah cerita singkat di atas. Sebuah cerita yang dapat
dijadikan tauladan di mana
kesabaran
sangat ditekankan oleh agama dan harus dimiliki oleh setiap orang
yang mengaku beriman kepada Allah. 
Setiap muslim harus mampu bersabar ketika terkena musibah dan cobaan dari Allah. Kerena itu, Rasulullah
bersabda dalam firman Allah
yaitu
sebuah hadis Qudsi:

Tidak ada balasan bagi hamba-Ku yang
Mukmin, jika Aku ambil kekasihnya
dari ahli dunia kemudian ia sabar,
melainkan syurga baginya
.”
 
Ali bin Abi Thalib pernah berkata: “Ingatlah..! Sungguh tidak ada
iman bagi orang yang tidak memiliki kesabaran”

Begitupun dengan mengeluh. Perbuatan ini tidak disukai oleh agama
dan
hukumnya
tidak boleh. Kerana itu Rasulullah bersabda:

Tiga macam daripada tanda kekafiran
terhadap Allah, yaitu merobek baju,
mengeluh dan menghina nasab orang.”
 
Kemudian dalam sabdanya
pula, “
Mengeluh
itu termasuk kebiasaan Jahiliyyah, dan orang

yang mengeluh,
jika ia mati sebelum taubat, maka Allah akan memotongnya
bagi pakaian dari uap api neraka.” (HR. Imam Majah)

Nah, dari kisah
tersebut dapat kita ambil dua poin penting yang perlu kita terapkan dalam
kehidupan sehari-hari, yaitu:
  1. Bersabarlah, karena kesabaran merupakan bekal
    utama seseorang untuk melangkah dan bergerak ‘lebih baik’ dan selanjutnya
    mencapai masa depan yang gemilang. Hidup ini tidak dapat diluruskan, kecuali
    dengan kesabaran terhadap aneka ragam persoalan hidup.
  1. Jangan mengeluh, seberat apapun masalah yang kita
    hadapi, serumit apapun itu, kita tidak perlu lari. Maka hadapilah, dengan
    menghadapi masalah menunjukan bahwa kita adalah pribadi yang tabah dan sabar. Dengan
    adanya masalah, kita akan belajar menjadi pribadi yang lebih baik.
Semoga kita dijadikan sebagai hamba Allah yang sabar dalam
menghadapi
segala
musibah. 🙂

Sekian…

Wallahu ‘alam…

Leave a Comment