Kisah-kisah Keutamaan As’ad bin Zurarah

Source: NU Online

Peran As’ad bin Zurarah di perkembangan Islam Yatsrib

As’ad bin Zurarah – Setelah melakukan ba’iat kepada Rasulullah Saw di Aqabah,
As’ad dan kelompoknya segera kembali ke keluarga dan kabilah mereka.

Atas sesuai saran Rasulullah Saw juga, mereka juga
disarankan agar melakukan dakwah secara sembunyi-sembunyi. Tentu saja, semua
penduduk Yatsrib yang telah memeluk Islam ini mengikuti cara yang telah
Rasulullah Saw lakukan di kota Makkah.

Seiring berjalannya waktu, keluarga dan sahabat dari peserta
Aqabah Pertama mulai masuk Islam. Setelah itu, As’ad bergerak menuju Makkah,
untuk meminta bantuan kepada Rasulullah Saw, agar mengirim sahabat senior yang
telah mengerti Islam lebih dalam.

Tentu saja Rasulullah Saw setuju dengan usulan As’ad itu.
Kemudian, Rasulullah Saw mengirim sahabat Mush’ab bin Umair. Dan juga,
Rasulullah Saw berpesan kepada As’ad untuk mengerjakan Shalat Jum’at.

 

Orang Pertama Yang Memprakarsai Shalat Jum’at di Madinah

Ibnu Ishaq menceritakan: Muhammad bin Abu Umamah bin Sahl
bin Hunaif bercerita kepadaku dari ayahnya, Abu Umamah dari Abdurrahman bin
Ka’ab bin Malik, ia berkata,

“Ketika ayahku, Ka’ab bin Malik mengalami rabuan senja,
bahwa kami keluar bersamanya untuk shalat Jum’at dan ia mendengar adzan, ia
akan berdoa untuk Abu Umamah As’ad bin Zurarah.

Ayahku, Ka’ab bin Malik, selalu berbuat seperti itu; jika ia
mendengar adzan untuk shalat Jum’at, ia berdoa untuk Abu Umamah As’ad bin
Zurarah, dan memintakan ampunan baginya.

Aku bergumam dalam hati, ‘Demi Allah, keadaan ayahku semakin
melemah, kenapa aku tidak bertanya saja kepadanya, mengapa setiap kali
mendengar adzan Jum’at, ia selalu berdoa untuk Abu Umamah As’ad bin Zurarah?’

Di hari Jum’at yang lain, kami keluar lagi. Dan begitu ayah
mendengar adzan Jum’at, ia berdoa untuk Abu Umamah As’ad bin Zurarah.

Aku bertanya kepadanya, ‘Ayah, mengapa setiap kali engkau
mendengar adzan Jum’at, engkau berdoa untuk Abu Umamah As’ad bin Zurarah?’

Ayahku berkata, ‘Anakku, Abu Umamah As’ad bin Zurarah adalah
orang pertama kali yang menyelenggarakan shalat Jum’at untuk kita di Madinah,
di Hazm An-Nabit, di tanah berbatu Bani Bayadhah, yang dikenal Naqi’
Al-Khadhamat.’

Aku bertanya lagi, ‘Berapa jumlah kalian ketika itu?’

Ayahku menjawab, ‘Empat puluh orang laki-laki’.”

 

Peran As’ad bin Zurarah dalam Aqabah Kedua

Dalam kitab al-Thabaqat al-Kubra karya Ibnu Sa’ad, diriwayatkan
dari Affan bin Muslim dari Hammad bin Salamah dari ‘Ali bin Zaid dari ‘Ubadah
bin al-Walid bin ‘Ubadah bin al-Shamit menceritakan;

Bahwa ketika malam perjanjian Aqabah Kedua, As’ad bin
Zurarah memegang tangan Rasulullah Saw seraya berkata dengan suara lantang,

“Wahai hadirin! Apakah kalian sadar atas bai’at kalian
kepada Rasulullah Muhammad? Sungguh, kalian berbai’at dengan penuh keyakinan
untuk berjuang melawan para orang Arab, ‘Ajam, Jin, dan manusia.”

Para sahabat yang berbai’at itu sebanyak 74 orang pun
menjawab, “Kami memerangi orang yang memerangi kami, dan berdamai dengan orang
yang berdamai.”

As’ad bin Zurarah kemudian bertanya kepada Nabi Saw, “Wahai
Rasulullah, berilah kami syarat (bai’at).”

Rasulullah Saw pun bersabda,

“Kalian berbaiat kepadaku untuk bersaksi bahwa tiada Tuhan
selain Allah Swt, dan bersaksi bahwa aku adalah utusan-Nya, (lalu) mendirikan
salat, menunaikan zakat, taat dan patuh, tidak berselisih atas suatu urusan
dengan orang yang ahli dalam urusan tersebut, dan berselisih tentang apa yang
aku larang atas kalian dan keluarga kalian.”

Secara serentak mereka menjawab, “Baik.”

Salah seorang dari mereka kemudian bertanya, “Baik Rasulullah,
syarat-syarat ini bagimu Wahai Rasulullah. Lalu, (hak) apa untuk kami?”

Rasulullah Saw menjawab, “Bagi kalian surga dan pertolongan
(Allah Swt).”

 

Peran As’ad bin Zurarah pada pembangunan Masjid Nabawi

Saat itu, Rasulullah Saw menunggangi untanya dan mulai
memasuki Kota Madinah. Masyarakat Kota Madinah yang mengetahui informasi
tersebut, segera berkumpul untuk menyambut Beliau Saw. Juga, penduduk ingin
sekali menarik tali kekang unta Rasulullah Saw, untuk mengundang Rasulullah Saw
tinggal di rumah mereka.

Nama unta Rasulullah Saw adalah Qashwa.

Lalu, Beliau Saw mengucapkan sebuah kalimat.

“Jangan ada yang menarik kekangan tali unta ini. karena, ia
telah mendapatkan perintah langsung dari Allah, di mana ia akan berhenti.”

Setelah berjalan beberapa saat, akhirnya Qashwa berhenti dan
duduk di sebuah bangunan. Ternyata, tempat itu merupakan tempat penjemuran
kurma milik Suhail dan Sahl. Mereka adalah dua anak yatim dari Bani Najjar,
yang berada dalam pemeliharaan As’ad bin Zurarah. Bani Najjar ini merupakan
salah satu suku dari kabilah ibunda Rasulullah Saw, Siti Aminah.

Rasulullah memanggil kedua anak yatim itu, dan menawar tanah
tersebut. Tapi, kedua anak itu berkata, “Justru kami ingin memberikannya
kepadamu, wahai Rasulullah.”

Namun, Rasulullah Saw merasa enggan menerima pemberian dua
anak yatim ini, dan tetap ingin membeli tanah tersebut. Setelah berdiskusi
panjang, akhirnya Rasulullah Saw membeli tanah tersebut, dan mendirikan rumah
Beliau, yang mana di sebelahnya juga didirikan Masjid an-Nabawi.

 

Demikianlah kisah-kisah tentang sahabat As’ad bin Zurarah.
Meski kehidupan beliau terasa singkat, bahkan beliau tidak sempat melihat masa
jaya Islam, jasa beliau memanglah sangat luar biasa.

Untuk melihat kisah kehidupan As’ad bin Zurarah, silahkan
lihat di sini.

 

Wallohu’alam

Leave a Comment