Li Khomsatun, doa untuk menghindari wabah penyakit atau musibah besar

Bacaan dan doa saat wabah atau musibah besar

Sejak merebaknya virus Covid-19 dari Wuhan, Tiongkok. Kini, seluruh dunia tengah menghadapi wabah yang telah disahkan menjadi pandemi. Wabah Covid-19 yang telah menelan jutaan korban jiwa, kini tengah meraja lela di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia.

Namun, jangan khawatir, dalam islam, sudah disiapkan berbagai alaman atau doa, yang bisa dilakukan, agar terhindar dari wabah ini. Tentu saja, hal itu juga harus diimbangi dengan usaha lahiriyah, di mana kita harus senantiasa menjaga kebersihan dan pola hidup sehat.

Seperti yang dikatakan para ulama:
“Doa tanpa ikhtiyar, itu adalah kosong.
Ikhtiyar tanpa doa, itu adalah sombong.”

Salah satu amalan yang bisa dilakukan, agar terhindar dari wabah atau pandemi ini adalah sholawat tibbil qulub dan syair lii khomsatun.

Untuk bacaan, dan tata cara pengamalan sholawat tibbil qulub, silahkan lihat link di bawah ini:

Bacaan Sholawat tibbil qulub dan kaifiyahnya.


Bacaan Li Khomsatun

لِيْ خَمْسَةٌ اُطْفِيْ بِهَا # حَرَّ الْوَبَاءِ الْحَاطِمَةْ

اَلْمُصْطَفٰى وَالْمُرتَضٰى # وَابْنَاهُمَا وَفَاطِمَةْ



Lii khomsatun utfi bihaa # harrol wabaa-i haatimah

Al-Musthofa wal murtadho # wabna huma wa Fathimah



Artinya:

“Saya mempunyai (tawasul kepada) lima orang, yang bisa
menolak bala’.

Al-Musthafa (Nabi Muhammad SAW), dan Al-Murtadha (Ali bin
Abi Tholib), dan kedua anaknya (Hasan dan Husain), serta Fathimah (putri Nabi
Muhammad).”

Kelimanya adalah perlambang puncak keluhuran dari sifat
manusia.


Mulai dari kemuliaan, teladan, dan akhlak Al-Musthafa, Nabi
Muhammad Saw.


Kebijaksanaan dan ilmu Al-Murtadha, Ali bin Abi Tholib kw.


Keberanian dan sifat ksatria Hasan dan Husein, Cucu tercinta
Rosululloh saw.


Serta, kejernihan hati dan iman Siti Fatimah, Putri
Rosululloh saw.

Amalan ini merupakan sebuah bentuk lain dari tawasul, yang ladzim digunakan oleh para Ulama. Tentu saja memiliki dalil sorih/jelas yang tercantum dalam sohih Bukhori dan Muslim.

Perihal ada segelintir orang yang menganggap bacaan ini sebagai amalan orang Syi’ah, tentunya hal itu dusta.

Mungkin saja, mereka tidak bisa membedakan fungsi-fungsi dari kalimat لِ.

Padahal, kalimat ‘Lii’ itu memiliki banyak fungsi, mulai dari memiliki sesuatu yang tampak dan tidak tampak, bermakna Fii (di dalam sesuatu), atau pun menunjukkan sesuatu.

Alhasil, bagi orang-orang yang tidak tahu ilmu nahwu, atau pun hanya orang yang berani membid’ah-bid’ahkan sesuatu hanya karena modal terjemahan saja. Maka, ilmu seperti ini pasti tidak akan sampai pada hati mereka.

Oleh sebab itu, andai kata kita menemukan orang seperti itu. Lebih baik hindari saja, dari pada harus berdebat dengan orang yang hanya bisa ‘menghilangkan sesuatu yang tak pernah ia cari’. Padahal, ilmu Alloh swt, itu seluas langit dan bumi. Namun, terbatasi oleh otak kerdil yang menuhankan Nafsu dan logika yang tak kunjung sempurna.

Cara pengamalan Li Khomsatun


Tentunya, sama seperti bacaan sholawat biasa yang tidak terbatas pada apapun. Cara pengamalan Lii Khomsatun tentu tidak terbatas pada waktu yang spesifik. Namun, seperti yang dianjurkan oleh para ulama’, jika di saat kesulitan atau memerlukan hajat besar…

Maka, dianjurkan untuk memperbanyak bacaan sholawat. Terutama, selepas sholat lima waktu.

Untuk jumlahnya, lakukan sebisa dan sebanyak mungkin. Tanpa memberatkan diri sendiri, atau pun jama’ah (andaikata dijadikan rutinan kelompok).

Wallohu’alam.

Leave a Comment