Sa’ad al-Qarazh, Muadzin di Masjid Quba, Masjid Pertama di dunia Islam
Sa’ad al-Qarazh – Kami belum menemukan sumber yang jelas mengenai silsilah dari
sahabat Sa’ad al-Qarazh. Bahkan, kami mengalami kesulitan untuk menemukan
rujukan mengenai kehidupan Sa’ad al-Qarazh pra-islam. Mulai bagaimana masa
kecil beliau, hingga masa-masa masuk islam.
Beliau adalah mantan budak Ammar bin Yasir, yang merdeka setelah
masuknya agama islam.
Ada cerita tersendiri, jika merujuk pada laqob/julukkan
al-Qarazh pada nama Sa’ad.
Diriwayatkan oleh al-Baghawi, Suatu ketika, Sa’ad pernah
mengadu kepada Rasulullah Saw, tentang
sulitnya perkonomiannya. Nabi Saw
memberi saran agar dirinya untuk berdagang.
Lalu, Sa’ad pergi ke pasar dan membeli sedikit al-Qarazh
(daun pohon yang dapat disamak). Kemudian, beliau menjualnya lagi, setelah
menyamak daun itu. Dari penjualan itu, beliau mendapat keuntungan yang banyak.
Setelahnya, beliau pergi menemui Nabi Saw untuk mengabarkan hal ini. Rasulullah
Saw menasihatinya, agar beliau
menekuni perdagangannya tersebut.
Kami juga belum menemukan sumber yang jelas, kapan dan bagaimana
Sa’ad al-Qarazh menjadi muadzin Rasulullah Saw. Namun, ada riwayat yang jelas, jika Sa’ad al-Qarazh menjadi muadzin
Rasulullah Saw di Masjid Quba.
Dalam Musnad Darimi No. 1166 disebutkan;
أَخْبَرَنَا عُثْمَانُ بْنُ عُمَرَ بْنِ فَارِسٍ حَدَّثَنَا يُونُسُ
عَنْ الزُّهْرِيِّ عَنْ حَفْصِ بْنِ عُمَرَ بْنِ سَعْدٍ الْمُؤَذِّنِ أَنَّ
سَعْدًا كَانَ يُؤَذِّنُ فِي مَسْجِدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ حَفْصٌ حَدَّثَنِي أَهْلِي أَنَّ بِلَالًا أَتَى رَسُولَ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُؤْذِنُهُ لِصَلَاةِ الْفَجْرِ فَقَالُوا
إِنَّهُ نَائِمٌ فَنَادَى بِلَالٌ بِأَعْلَى صَوْتِهِ الصَّلَاةُ خَيْرٌ مِنْ
النَّوْمِ فَأُقِرَّتْ فِي أَذَانِ صَلَاةِ الْفَجْرِ قَالَ أَبُو مُحَمَّد
يُقَالُ سَعْدٌ الْقَرَظُ
Telah mengabarkan kepada kami Utsman bin Umar bin Faris(1),
telah mengabarkan kepada kami Yunus(2) dari Az Zuhri(3) dari Hafsh bin Umar bin
Sa’ad Al Mu`adzdzin(4) bahwa;
Sa’ad pernah mengumandangkan adzan di masjid Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam. Lalu, Hafsh berkata,
“Keluargaku(5) mengabarkan kepadaku, bahwa Bilal(6)
pernah datang menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk
mengabarkan kepada beliau, bahwa waktu shalat subuh telah tiba.
Mereka pun berkata, “Sesungguhnya beliau masih
tidur.”
Maka, Bilal pun mengumandangkan adzan dengan suara yang
lantang, ‘ASSAHALAATU KHAIRUN MIN AN NAUM (Shalat itu lebih baik dari pada
tidur)’. Lalu, kalimat tersebut ditetapkan dalam adzan subuh.
Abu Muhammad berkata, “Sa’ad dikenal dengan sebutan Al
Qarazh.”
(1) Utsman bin ‘Umar bin Faris bin Laqith, Al ‘Abdiy, Abu
Muhammad, Tabi’ut Tabi’in kalangan biasa, wafat tahun 209 H, hidup di Bashrah,
wafat di Bashrah.
(2) Yunus bin Yazid bin Abi An Najjad, Al Ayliy, Abu Zaid,
Tabi’ut Tabi’in kalangan tua, wafat tahun 159 H, hidup di Syam, wafat di Maru.
(3) Muhammad bin Muslim bin ‘Ubaidillah bin ‘Abdullah bin
Syihab, Al Qurasyiy Az Zuhriy, Abu Bakar, Tabi’ut Tabi’in kalangan pertengahan,
wafat tahun 124 H, hidup di Madinah.
(4) Hafsh bin ‘Umar bin Sa’ad Al Qarzh, Tabi’in kalangan
pertengahan, hidup di Madinah.
(5) Nama tidak diketahui.
(6) Bilal bin Rabah, Abu ‘Abdullah, Al Mu’adzin, Shahabat,
wafat tahun 17 H, hidup di Madinah, wafat di Dujail.
Hadis ini memiliki penguat di dalam Sunan Ibnu Majah No. 708;
حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ رَافِعٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ
الْمُبَارَكِ عَنْ مَعْمَرٍ عَنْ الزُّهْرِيِّ عَنْ سَعِيدِ بْنِ الْمُسَيَّبِ
عَنْ بِلَالٍ أَنَّهُ أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يُؤْذِنُهُ بِصَلَاةِ الْفَجْرِ فَقِيلَ هُوَ نَائِمٌ فَقَالَ الصَّلَاةُ خَيْرٌ
مِنْ النَّوْمِ الصَّلَاةُ خَيْرٌ مِنْ النَّوْمِ فَأُقِرَّتْ فِي تَأْذِينِ
الْفَجْرِ فَثَبَتَ الْأَمْرُ عَلَى ذَلِكَ
Telah menceritakan kepada kami ‘Amru bin Rafi'(1) berkata,
telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Al Mubarak(2) dari Ma’mar(3) dari
Az Zuhri(4) dari Sa’id bin Al Musayyab(5) dari Bilal(6), bahwa ia mendatangi
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk adzan shalat subuh.
Lalu, dikatakan kepadanya: “Beliau sedang tidur.”
Maka, bilal pun berkata; “ASH SHALAATU KHAIRUN MINAN
NAUM. ASH SHALAATU KHAIRUN MINAN NAUM (Shalat itu lebih baik daripada tidur.
Shalat itu lebih baik daripada tidur).”
Hingga lafadz itu ditetapkan untuk dikumandangkan pada adzan
subuh, dan perkaranya menjadi tetap seperti itu.
(1) Amru bin Rafi’ boin Al Furrat, Al Bajaliy, Abu Hajar,
Tabi’ul Atba’ kalangan tua, wafat tahun 237 H, hidup di Qarqisiya.
(2) Abdullah bin Al Mubarak bin Wadlih, Al Hanzhaliy Al
Marwaziy, Abu ‘Abdur Rahman, Abdan, Tabi’ut Tabi’in kalangan pertengahan, wafat
tahun 181 H, hidup di Himash, wafat di Herrat.
(3) Ma’mar bin Raosyid, Al Azdiy Al Bashriy, Abu ‘Urwah,
Tabi’ut Tabi’in kalangan tua, wafat tahun 154 H, hidup di Yaman.
(4) Muhammad bin Muslim bin ‘Ubaidillah bin ‘Abdullah bin
Syihab, Al Qurasyiy Az Zuhriy, Abu Bakar, Tabi’ut Tabi’in kalangan pertengahan,
wafat tahun 124 H, hidup di Madinah.
(5) Sa’id bin Al Musayyab bin Hazan bin Abi Wahab bin ‘Amru,
Abu Muhammad, Tabi’in kalangan tua, wafat tahun 93 H, hidup di Madinah, wafat
di Madinah.
(6) Bilal bin Rabah, Abu ‘Abdullah, Al Mu’adzin, Shahabat,
wafat tahun 17 H, hidup di Madinah, wafat di Dujail.
Pada saat itu, umat islam hanya memiliki tiga masjid. Pertama,
Masjid al-Haram di Makkah yang telah dibebaskan pada masa Fathul Makkah.
Kedua, Masjid an-Nabawi di Madinah yang didirikan setelah Rasulullah Saw hijrah dari Makkah. Dan yang terakhir
adalah Masjid Quba, yang didirikan ketika perjalanan Rasulullah Saw ke Madinah, untuk menghindari
serangan-serangan kaum Quraisy.
Dari informasi ini, dapat disebutkan jika Masjid Quba, di
daerah Quba, merupakan bangunan yang difungsikan menjadi Masjid, untuk pertama
kalinya. Karena pada waktu ini, Masjid al-Haram masih dalam cengkraman kaum
Quraisy. Ditambah waktu itu, Masjid an-Nabawi belum dibangun, karena Rasulullah
Saw masih dalam perjalanan menuju
Yastrib (yang berubah nama, setelah tibanya Rasulullah Saw di kota itu).
Di zaman Rasulullah Saw,
Sa’ad al-Qarazh terus menjadi muadzin di Masjid Quba. Lalu, pada masa
pemerintahan Abu Bakar, Sa’ad al-Qarazh pindah ke Madinah untuk menggantikan Bilal
bin Rabbah yang tak mau adzan lagi, setelah Rasulullah Saw wafat.
Posisi muadzin Masjid an-Nabawi yang kosong, kemudian diisi
oleh Sa’ad al-Qarazh. (Al-Ishabah fi Tamyiz ash-Shahabah, Juz: 3 Hal: 65)
Wallohu’alam