Mukjizat Rasulullah Saw ketika Perang Khandaq
Mukjizat Rasulullah Saw – Mukjizat yang menjadi tanda-tanda kenabian, selalu saja
menjadi hal-hal yang bisa membuat logika kita terpecah belah. Hal ini
dimaksudkan, agar ego yang mengatakan kalau manusia sempurna, bisa tunduk pada
kuasa Robb-nya, Alllah Swt. Demikian juga, hal ini terjadi ketika perang
Khandaq tiba.
Semasa hidupnya, Rasulullah saw mengalami banyak perang
melawan musuh-musuhnya. Terutama dalam periode awal Islam, pasca Beliau dan
kaum muslimin hijrah ke Madinah. Hal ini tentu saja disebabkan karena eksistensi
dari Islam yang semakin menguat di tiap harinya. Sehingga, keberadaan umat Islam
dianggap sebagai ‘ancaman’, oleh para musuhnya.
Pada akhirnya, perang adalah jalan yang harus dipilih, guna
menghancurkan kekuasaan pihak lain. Dalam periode awal Islam sendiri, di masa
Nabi Saw ini ada 27 peperangan yang terjadi. Dan salah satu perang yang paling
berpengaruh dalam Islam adalah Perang Khandaq.
Perang yang terjadi pada tahun kelima hijriah ini (627
Masehi), dipimpin oleh Rasulullah Saw sendiri.
Di sini, dalam rangka melawan 10.000 pasukan gabungan dari
berbagai kabilah Arab, membuat seluruh pasukan muslim yang berjumlah 3.000
pasukan, gentar. Selain karena perbedaan jumlah yang besar, ada pula musim dingin
yang mencekik leher, dan juga penghianatan dari bani Quraidzah.
Untuk mengetahui tentang sejarah perang Khandaq, silahkan
lihat di sini.
Dengan ide brilian yang dikeluarkan Salman al-Farisi, penggalian
parit yang tak lazim digunakan untuk perang di wilayah Arab, menjadi taktik
jitu yang bisa menahan musuh. Namun dalam prosesnya, semua ini terasa sangat
berat. Bahkan, diceritakan jika kaum Muslim saat itu kekurangan makanan dan kehausan.
Juga, keadaan medan yang digali tanahnya keras, karena merupakan daerah yang
diapit oleh dua gunung. Sehingga, alat penggalian pun sudah tak bisa menggali
tanah tersebut.
Dalam keadaan-keadaan terdesak inilah, mukjizat Rasulullah Saw muncul di perang Khandaq. Tentu saja, hal ini atas kuasa Allah swt.
Beberapa mukjizat Nabi saat Perang Khandaq;
Tanah yang menjadi seperti pasir
Poin pertama ini diambil dari perkataan Ibnu Ishaq. Beliau
mengatakan, dalam proses penggalian parit ini, terdapat banyak hadits yang menunjukkan
tentang kebenaran tanda-tanda kenabian Rasulullah saw. Yang mana, ibrah-ibrah
dan bukti-bukti tersebut juga dilihat langsung oleh kaum muslimin.
Di antaranya adalah hadis dari Jabir bin Abdullah yang
berkata,
“Kaum muslimin mendapatkan kesulitan dalam penggalian parit.
Terutama, dalam menggali sebagian tanahnya yang berasal dari tanah liat. Kemudian,
kami mengadukan hal tersebut kepada Rasulullah saw.
Beliau lalu meminta disediakan air, kemudian meludah ke
dalamnya, berdoa dengan doa yang beliau inginkan kepada Allah, dan menyiramkan
air tersebut ke atas tanah liat.
Orang-orang yang hadir saat itu berkata, ‘Demi Dzat yang
mengutusnya sebagai Nabi, dengan membawa kebenaran. Tanah liat itu hancur
berkeping-keping hingga menjadi seperti pasir. Padahal tadinya, itu tidak hancur
oleh kapak.”
Melipat-gandakan jumlah Kurma
Diambil dari satu riwayat dari Ibnu Ishaq juga, yaitu beliau
berkata,
“Sa’ad bin Mina’ berkata kepadaku, bahwa ia diberi-tahu kalau
putri Basyir bin Sa’ad, saudara perempuan An-Nu’man bin Basyir berkata,
“Ibuku, Amrah binti Rawahah memanggilku, kemudian memberiku
semangkuk kurma di pakaianku, dan berkata, ‘Putriku, pergilah ke tempat ayah
dan pamanmu dari jalur ibu, Abdullah bin Rawahah. Antarkan kurma ini kepada
keduanya.’
Lalu, aku mengambil kurma tersebut dan pergi. Aku berjalan
melewati Rasulullah Saw, ketika aku mencari ayah dan pamanku. Beliau bersabda, ‘Nak,
kemarilah, apa yang engkau bawa?’.
Aku menjawab, ‘Wahai Rasulullah, ini kurma. Ibuku menyuruhku
untuk mengantarkannya kepada ayahku, Basyir bin Sa’ad, dan pamanku dari jalur
ibuku, Abdullah bin Rawahah untuk dimakan keduanya.’
Beliau bersabda, ‘Coba bawa kemari kurma tersebut!’
Aku taruh kurma tersebut ke atas telapak tangan Rasulullah Saw,
namun tidak muat. Beliau meminta kain untuk digelar sebagai wadah kurma. Kemudian,
Aku meletakkan kurma di dalam kain, hingga kurma tersebut berserakan di atas
kain.
Nabi Saw bersabda kepada seseorang yang berada di
sampingnya, ‘Berserulah kepada para pembuat parit, dan suruhlah mereka kemari
untuk makan siang.’
Para sahabat yang membuat parit segera berkumpul di sekitar
kurma tersebut, kemudian mereka semua memakannya. Anehnya, kurma tersebut terus
bertambah, hingga ketika para sahabat pembuat parit usai memakannya. Ternyata,
kurma-kurma tersebut keluar dari ujung-ujung kain.”
Melipat-gandakan jumlah makanan
Jabir ra bercerita, “Ketika kami menggali parit pada
peristiwa khandaq, sebongkah batu yang sangat keras menghalangi kami. Lalu,
para sahabat menemui Nabi Saw seraya mengatakan, ‘Batu yang sangat keras ini
menghalangi kami menggali parit’.
Lalu, Beliau Saw bersabda, ‘Aku sendiri yang akan turun.’
Kemudian Beliau berdiri (di dalam parit), sementara perut
beliau diganjal dengan batu (karena lapar).
Tiga hari (terakhir), kami (para shahabat) belum merasakan
makanan. Lalu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengambil kampak dan
memukul batu tersebut, hingga pecah berkeping-keping.
Lalu, aku berkata, ‘Wahai Rasulullah, izinkanlah aku pulang
ke rumah.’
Sesampaiku di rumah, aku bercerita kepada isteriku, ‘Aku
tidak tega melihat kondisi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
apakah kamu memiliki sesuatu (makanan)?’
Isteriku menjawab, ‘Aku memiliki gandum dan anak kambing.’
Kemudian, kami meyembelih anak kambing tersebut dan membuat
adonan gandum hingga menjadi makanan dalam tungku.
Ketika adonan makanan tersebut hampir matang dalam bejana
yang masih di atas tungku, aku menemui Nabi Saw dan berkata, ‘Wahai Rasulullah,
aku memiliki sedikit makanan. Datanglah ke rumahku, dan ajaklah satu atau dua
orang saja.’
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, ‘Untuk
berapa orang?’
Lalu, aku beritahukan kepada beliau (jumlah 3 orang).
Beliau bersabda, ‘lebih banyak yang datang lebih baik.’
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda lagi, ‘Katakan
kepada isterimu, jangan ia angkat bejananya dan adonan roti dari tungku api,
sampai aku datang.’
Setelah itu, Beliau Saw bersabda, ‘Bangunlah kalian semua.’
Kaum Muhajirin dan Anshar yang mendengar perintah beliau, langsung
berdiri dan berangkat.
Lalu, Jabir menemui isterinya (dengan cemas), ia mengatakan,
‘Celaka, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam datang bersama kaum Muhajirin
dan Anshar, serta orang-orang yang bersama mereka.’
Isteri Jabir bertanya, ‘Apa beliau Saw telah bertanya
(tentang jumlah makanan kita)?”
Jabir menjawab, ‘Ya.’
Lalu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
berkata, ‘Masuklah dan jangan berdesak-desakan.’
Kemudian, Rasulullah mencuil-cuil roti dan ia tambahkan
dengan daging. Dan Beliau menutup bejana dan tungku api.
Selanjutnya, Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam
mengambilnya dan mendekatkannya kepada para sahabatnya.
Lantas Beliau mengambil kembali bejana itu dan terus-menerus
beliau lakukan itu, hingga semua sahabat merasa kenyang dan makanan masih
tersisa.
Setelah itu, Beliau Saw bersabda (kepada istri Jabir),
“Sekarang, kamu makanlah! Dan berikan ini kepada orang lain, karena masih
banyak orang yang kelaparan.” (HR. Bukhari) (Fathul Bâri, ta’liq Syekh bin Baz,
Bâb Ghazwatil Khandaq, 7/395)
Terlihatnya masa depan
Dari hadis oleh Al Bara’, ia berkata,
“Ketika Perang Khandaq, ada batu besar keras yang tidak bisa
dipecahkan oleh cangkul, di salah satu parit. Kami mengadukan hal tersebut
kepada Rasulullah Saw, maka beliau datang sambil membawa cangkul dan
mengucapkan ‘bismillah’.
Seketika, Beliau langsung memukulkannya, lalu bersabda,
‘Allahu Akbar. Telah diberikan kepadaku kunci-kunci kerajaan Syam. Demi Allah, saat
ini aku benar-benar melihat istana-istananya (yang penuh dengan gemerlap).’
Kemudian, Nabi memukul untuk yang kedua kalinya, beliau pun
bersabda, ‘Allahu Akbar. Telah diberikan kepadaku Negeri Persia.’
Kemudian setelah itu, Beliau memukul untuk yang ketiga
kalinya, sehingga terpecahlah semua bagian dari batu itu. Lalu, beliau
bersabda, ‘Allahu Akbar. Aku benar-benar diberi kunci kerajaan Yaman. Demi
Allah, aku benar-benar melihat pintu-pintu Shan’a dari tempatku ini’.”
Ibnu Ishaq pun meriwayatkan kisah yang mirip, yang di
riwayatkan Salman Al Farisi ra.
Ibnu Ishaq berkata, “Orang yang tidak aku ragukan
kejujurannya berkata kepadaku, dari Abu Hurairah ra yang berkata; negeri-negeri
yang disebutkan Rasulullah Saw tersebut ditaklukan pada masa pemerintahan Umar
bin Khattab, Usman bin ‘Affan, dan pemerintahan sesudahnya,
‘Taklukkan negeri mana saja yang kalian inginkan, karena
demi Dzat yang Abu Hurairah berada di tangannya, tidaklah kalian menaklukkan
salah satu kota hingga hari kiamat, melainkan Allah telah memberikan
kunci-kuncinya kepada Nabi Muhammad Saw.’.”
Dibukanya sikap kaum munafiq
a. Mereka mengingkari janji Allâh dan Rasul-nya.
Kaum Muslimin mengimani dan membenarkan berita Rasulullah
Saw yang mengabarkan tentang hal-hal yang akan terjadi, termasuk kabar tentang
beberapa penaklukan negeri-negeri seberang.
Sikap kaum Muslimin ini sesuai dengan firman Allâh Subhanahu
wa Ta’ala dalam al-Qur’ân.
وَلَمَّا رَأَى
الْمُؤْمِنُونَ الْأَحْزَابَ قَالُوا هَٰذَا مَا وَعَدَنَا اللَّهُ وَرَسُولُهُ
وَصَدَقَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ ۚ وَمَا زَادَهُمْ إِلَّا إِيمَانًا وَتَسْلِيمًا
“Dan tatkala kaum Mukminin melihat golongan-golongan yang
bersekutu itu, mereka berkata, ‘Inilah yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya
kepada kita.’ Dan benarlah Allâh dan Rasûl-Nya. Dan yang demikian itu tidaklah
menambah kepada mereka, kecuali iman dan keselamatan.” [al-Ahzâb/33:22]
Sikap ini bertolak belakang dengan sikap orang-orang munafiq,
yang menganggap janji itu sebagai tipu daya belaka. Allah wa Jalla berfirman:
وَإِذْ يَقُولُ
الْمُنَافِقُونَ وَالَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ مَا وَعَدَنَا اللَّهُ وَرَسُولُهُ
إِلَّا غُرُورًا
“Dan (ingatlah), ketika orang-orang munafiq dan orang-orang
yang berpenyakit dalam hatinya berkata, ‘Allah dan Rasul-Nya tidak menjanjikan
kepada kami melainkan tipu daya’.” [al-Ahzâb/33:22]
b. Mereka mncari-cari alasan supaya bisa tidak ikut
berperang, dan memendam keinginan untuk mengacaukan barisan kaum Muslimin.
Di antara sikap orang-orang munafiq yang mengembosi semangat
kaum Muslimin, yang berhadapan dengan musuh, yang jumlah dan kekuatannya berlipat
ganda. Tidak hanya itu, mereka juga berusaha melemahkan semangat kaum Muslimin
dari dalam.
Namun, Allah Swt menyelamatkan kaum Muslimin dari akibat
buruk ulah mereka, dengan menyebutkan niat buruk mereka dalam al-Qur’an.
Jabal Rayah
Dahulu, saat terjadinya perang Khandaq, Rasulullah Saw naik
ke atas bukit yang berada di antara galian parit dan kota Madinah. Tempat itu
bernama Jabal Rayah.
Bukit itu terletak 1400 meter di barat laut Masjid Nabawi,
kawasan perbukitan ini dulunya adalah salah satu tempat terjadinya Mukjizat
Nabi Swt.
Kini tempat diperlihatkannya mukjizat Nabi itu masih dapat
disaksikan di Madinah. Tepatnya, sebelah utara Jabal Sal’ sekitar 150 meter, di
sisi kiri Jalan Utsman.
Di kawasan tersebut, dapat dijumpai pula sebuah masjid
bernama Masjid Al-Rayah. Di lokasi masjid ini, dulu Nabi mendirikan kemah dan
menunaikan salat sambil mengawasi penggalian parit Khandaq. Sampai saat ini
Masjid Al-Rayah selalu ramai karena digunakan untuk salat lima waktu masyarakat
setempat.
Diriwayatkan, kala itu Nabi Muhammad Saw sedang membuat
kemah di atas Jabal Rayah yang dulu bernama Jabal Dzubab. Dari kemah ini,
Beliau mengawasi penggalian parit untuk Perang Khandaq.
Wallohu’alam