Ketika Sang Venus Memendam Cintanya
Jika, seorang wanita memilih diam dalam seribu bahasa.
Jika, seorang wanita mengeluarkan air mata cinta.
Jika, seorang wanita rindu akan kekasihnya.
Inilah kisah dari sang venus dan kekasihnya.
Tak kala sang venus menjaga cinta,
Cinta untuk sang kekasih hati,
Hati yang selalu rindu,
Rindu untuk bertemu.
Andai, sang venus sudah merana,
Merana akan cinta dan rindunya.
Bahkan, sujud pun tak terasa,
Terasa menekan kerinduannya.
Melakukan ini salah,
Melakukan itu juga salah.
Diam pun juga salah,
Berbicara pun tambah salah.
Ah, sang venus tengah merindu
Memandang foto,
Stalking Sosmed,
Mengalihkan kesibukan,
Mencoba melupakan sejenak.
“Aku tidak bisa.”
Kata sang venus sedih.
Dia tidak bisa,
Dia tidak mampu,
Dia tidak mau,
Menghilangkan bayang sang kekasih
Sang venus bisa tertawa
Sang venus bisa bahagia
Sang venus bisa merasa
Sang venus bisa berdoa
Namun, sang kekasih tak kunjung tiba
Dia sudah tak tau mau berbuat apa
Waktu terasa berhenti untuknya
“Dring…”
Suara dari gadgetnya
Sebuah pesan merubah segalanya
Satu pesan berubah warna
Satu centang menjadi dua
Abu-abu menjadi biru
Terakhir aktif menjadi Sedang menulis
Pesan yang dikirim menjadi pesan yang diterima
Kerinduan yang menyakiti
Menjadi
Kerinduan yang terobati
“Rindu ya?”
Canda dari si dia
Sederhana, namun merubah suasana
“Maaf, tadi lagi sibuk kerja.”
Kata pembuka yang meluluhkan jiwa
Alasan yang tak membuatnya kecewa
“Sudah selesai kerjanya?”
Si venus mencoba perhatihan
Namun, kalah dengan kejaiman
“Belum.”
Simpel, namun menyakitkan
Terasa ada perubahan yang datang
Satu, dua, tiga menit berlalu
Tiada pesan lain yang bertemu
Si venus merasakan sesuatu
Tangannya bergerak maju
Mengetik kegusaran sendu
Atau, runtuhnya ego karena rindu
“Ya sudah, istirahat dulu. Nanti kalau sudah baru kerja lagi.”
Si venus mencoba cara baru
Mengungkapkan rasa di kalbu
Perhatian, cinta, dan rindu
Kembali,
Satu, dua, tiga menit berlalu
Centang dua terus berlaku
Abu-abu tak kunjung membiru
Padahal, online selalu
“Ada apa?”
Fikir si venus sendu
Kenapa dia begitu?
Apa salahku?
Apakah dia sibuk selalu?
Namun,
Kegusaran itu pergi tanpa permisi
“Terima Kasih…
Mau dibawakan apa?”
Pesan baru
Nuansa baru
“Enggak usah. Abbi cepat pulang saja. Ummi rindu.”
الحمد لله على كل حال