Cara mudah untuk bisa istiqamah
عَنْ سُفْيَانَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ الثَّقَفِيِّ قَالَ قُلْتُ
يَا رَسُولَ اللَّهِ قُلْ لِي فِي الْإِسْلَامِ قَوْلًا لَا أَسْأَلُ عَنْهُ أَحَدًا
بَعْدَكَ قَالَ قُلْ آمَنْتُ بِاللَّهِ فَاسْتَقِمْ
Dari Sufyan bin Abdullah ats-Tsaqafi, berkata: Aku
berkata, “Wahai Rasûlullâh, katakan kepadaku di dalam Islam, satu perkataan yang tidak akan aku bertanya kepada seorangpun setelah (penjelasan)mu.” Beliau menjawab:
“Katakanlah, ‘aku beriman kepada Allah’, lalu istiqomahlah”. (HR Muslim, no. 38. Ahmad
3/413. Tirmidzi, no. 2410. Ibnu Majah, no. 3972).
Banyak sekali orang yang bilang istiqomah itu sulit. Dan lebih banyak lagi yang bilang, mengapa aku tak bisa istiqomah?
Padahal sesungguhnya, dia tak pernah tahu cara yang benar untuk istiqamah.
Cara setiap orang untuk istiqamah berbeda
Meninjau ke dalam pengertian awal tentang Istiqamah, jika istiqomah sendiri berarti ketetapan sesuatu. Dalam istilahnya, menjaga sesuatu untuk terus dilakukan dari waktu ke waktu.
Namun, sedikit orang yang tahu, jika istiqomah itu memiliki banyak jalan. Layaknya bagaimana cara orang yang menghafal Al-qur’an.
Bukankah banyak di antara kalian yang sadar, andai para penghafal Al-Qur’an memiliki jalan yang berbeda-beda?
Seperti, ada yang sekali baca dan langsung bisa menghafalnya. Ada yang beberapa kali mengulang baru bisa menghafalnya. Ada juga yang harus menghafal di kala suasana sepi. Ada pula yang bisa hafalan, ketika mendengar suara-suara lain.
Semua itu menunjukkan jika:
Yang perlu kita sadari adalah, bagaimana cara yang tepat agar dirimu bisa istiqomah dalam sesuatu.
Cara mudah untuk istiqamah
Untuk pemula, yang tak tahu cara menjalankan keistiqomahannya. Maka, cara termudah adalah “dipaksa”.
Ya, kalian harus memaksa dirimu sendiri, sampai batas di mana kamu tak punya jalan lain, selain melakukan hal itu.
Contoh:
Ketika kamu menghafal Al-Qur’an, tentu ada saatnya kamu terasa sulit dan mengeluh tentang sulitnya menghafal ayat-ayatNya.
Lalu, kamu diam sesaat, menghirup nafas panjang dan dalam. Bertawasul kepada Nabi Muhammad saw dan malaikat Jibril as. Lalu, mulai kembali membacanya secara berulang-ulang, hingga kamu merasa sudah terbiasa. Kemudian, kamu mencoba menghafalnya kembali.
Skema mudahnya adalah sebagai berikut:
Keterpaksaan ==> Kesabaran ==> Kebiasaan ==> Keikhlasan ==> Pemahaman
Banyak sekali orang yang tak mencermati hal ini. Namun, andai mereka mau memperhatikannya, dan mau ‘mengistiqomahkan’ apa yang ia perhatikan. Tentunya, akan mudah bagi mereka untuk melakukan hal-hal lain, yang bertujuan untuk ‘diistiqomahkan’.
Mengatasi rasa malas dan dedel
Selain rasa malas, kondisi dedel menghafal tentu menjadi problem yang sering kali terulang bagi para Hufadz.
Tentunya, itu tak menjadi masalah. Karena, semua itu manusiawi.
Yang akan menjadi masalah adalah, ketika kamu terlalu lama dalam rasa malas dan dedel menghafal yang semakin menguat.
Andai kamu terus membiarkannya, kamu tentu tak akan sampai pada garis finish. Di mana dirimu akan bisa menjadi Khamilul Qur’an.
Sebenarnya, cara menghadapi rasa malas dan dedel ini juga tergantung dengan mental seseorang.
Ada yang mudah menghilangkannya, ada pula yang kesulitan menghilangkannya.
Namun yang jelas…
‘Memaksa diri’ merupakan salah satu kuncinya.
Sementara kunci yang lain adalah berwudhu, bertawasul, atau membaca sholawat. Tentu pula, sholat malam dan nderes setelah sholat wajib juga menjadi hal yang harus diperhatikan. Di mana inti dari kunci ini adalah, menimbulkan dan menumbuhkan hubb ila robby.
“Istiqomah bukanlah hal momok sulit yang harus ditakuti. Namun, kalian terlalu lama untuk malas dan dedel –lah, yang membuat istiqomah itu menjadi terasa sulit.”