Sejarah dan Biografi Sayyidah Fatimah Az-zahra

Sejarah hidup dan biografi singkat sayyidah Fatimah Az-zahra

Sayyidah Fatimah adalah Putri Rosululloh saw dengan Siti Khodijah ra. Beliau adalah sosok wanita yang dilambangkan sebagai kesempurnaan wanita. Terlebih lagi, di akhirat nanti, beliau lah yang memegang panji atas golongan Muslimah, saat digiring menuju surga.

 Oleh sebab itu, pantas lah beliau untuk menjadi contoh bagi seluruh umat muslimin. Khususnya untuk kaum hawa. Agar meneladani sifat dan akhlak mulia beliau. Terutama, di zaman sekarang, di mana wanita telah melupakan hartanya yang paling mulia, Rasa Malu.

Biografi Sayyidah Fatimah Az-zahra

1. Lahir

Silsilah Sayyidah Fatimah adalah Fatimah binti Muhammad bin Abdulloh bin Abdul Mutholib dst.

Beliau lahir di Makkah, pada hari Jum’at, 20 Jumadil Akhir, sekitar tahun 614 M (versi syiah) atau 606 M (versi sunni), pada tahun kelima sesudah masa kenabian Nabi Muhammad Saw (versi syiah) atau pada tahun kelima sebelum masa kenabian Nabi Muhammad Saw (versi sunni).

Beliau adalah anak ke-empat dari Rosululloh saw dan Siti Khodijah ra. Menurut para ahli, Beliau dilahirkan di rumah Siti Khodijah ra. di gang Attharin dan gang al-Hajar di dekat tempat sa’i. (Batnuni, al-Rihlah al-Hijaziyyah, hlm.128)

Kelahiran Beliau disambut gembira oleh Rasulullah saw. dengan memberikan nama Fatimah dan julukannya Az-Zahra. Sedangkan nama kunyahnya adalah Ummu Abiha (Ibu dari bapaknya hasan dan husen).

2. Masa Kanak-kanak

Kurangnya bukti dan laporan sejarah mengenai kehidupan Sayyidah Fatimah ra. saat masih kanak-kanak dan remaja, menjadi terlalu sulit untuk mengetahui dan mencontoh bagaimana kehidupan beliau sebelum menginjak jenjang pernikahan.

Namun, beberapa riwayat menyebutkan tentang kehadiran Sayyidah Fatimah ra. Saat ayahnya (Rosululloh saw) telah mulai berdakwah secara terang-terangan untuk mengajak menyembah Alloh swt.

Mulai dari beliau yang membuang kotoran dari kepalah ayah handanya, saat sedang sholat di ka’bah. Kehilangan Siti Khodijah ra. saat beliau masih membutuhkan bimbingan seorang Ibu. Kemudian, serangan yang semakin masif dari Kaum Quraisy pasca Abu Tholib meninggal.

Perjanjian Hudaibiyah yang semakin mencekik Bani Hasyim dan Bani Abdul Mutholib. Penyiksaan kepada budak-budak mulim yang dituntut untuk kembali ke agama lamanya. Hingga puncaknya, kesepakatan kaum Quraisy untuk membunuh Nabi Muhammad saw.

Dan pada akhirnya, Sayyidah Fatimah ra. harus ikut hijrah ke Yastrib atau Madinah, ketika tekanan dari kaum Quraisy sudah mencapai puncaknya.

3. Masa Pernikahan 

Pasca Sayyidah Fatimah telah dewasa, mulailah berdatangan lamaran dan pinangan untuk menjadikan beliau sebagai istri salah satu sahabat Rosullulloh saw. Mulai dari Abu Bakar, Umar bin Khattab, Abdurrahman bin Auf, Ustman bin Affan, dan terakhir adalah Ali bin Abi Tholib.

Untuk lebih lengkapnya, silahkan lihat artikel ini:

Kisah cinta Ali dan Fatimah.

Akad pernikahan Beliau dengan sahabat Ali bin Abi Tholib ra. diadakan di Masjidil Nabawi. Para Mayoritas ahli sejarah mengatakan, akad pernikahan tersebut diadakan pada tahun ke-2 H/623M.

Namun, selain karena ekonomi suami yang belum mencukupi, terjadilah serangan pertama dari Kaum Quraisy Mekkah. Yaitu, perang Badar.

Setelah kaum Muslim mendapatkan kemenangan gemilang dari perang tersebut, setiap pasukan mendapatkan ghanimah/harta rampasan perang.

Dengan harta tersebut, acara walimatul ‘urs atau pesta pernikahan pada bulan Syawal atau Dzulhijjah tahun ke-2 H/623M.

Ada yang berpendapat tentang usia beliau saat menikah:

a. Pada usia 20 atau 21 tahun (jika dihitung saat kelahiran beliau pada 5 tahun sebelum kenabian/ 625 Masehi).

b. Pada usia 10 atau 11 tahun (jika dihitung saat kelahiran beliau pada 5 tahun dari kenabian/ 615 Masehi).

Sedangkan untuk Ali bin Abi Thalib sendiri adalah: 25 tahun.

Karena beliau lahir 13 Rajab 10 tahun sebelum kenabian. Sehingga, saat beliau hijrah ke Yatsrib umur beliau adalah 23 tahun. Sementara, pernikahan ini terjadi pada tahun kedua setelah hijrah atau 625 Masehi.

4. Masa Berkeluarga

Periode awal pernikahan Sayyidah Fatimah ra. dan Ali bin Abi Thalib ra. tidaklah mudah. Selain keadaan ekonomi yang belum mapan, akibat berbagai perang dan konflik internal yang terjadi pada masa awal-awal Islam di tanah Madinah. Bahkan, ada saat ketika di dalam rumah, tidak ada makanan untuk mengenyangkan kedua putra beliau, Hasan dan Husen.

Diriwayatkan pada masa itu, Beliau lah yang bergerak sendiri untuk mengurusi kegiatan di dalam rumah. Sementara, si suami bekerja dan kegiatan di luar rumah. Bahkan ada riwayat, untuk membantu suami dalam mencari rezeki, beliau bekerja untuk memintal wol dari bulu kambing. (Kharazmi, al-Manaqib, hlm.268)

Setelah Kondisi Geopolitik dan Kedudukan Islam mulai kokoh, kehidupan perekonomian keluarga beliau ikut membaik. Sehingga, Rosululloh saw mengirimkan seorang budak bernama Fiddhah Al-Nubiyyah untuk membantu beliau dalam mengurus rumah tangga.

Namun, Sayyidah fatimah enggan untuk melepaskan seluruhnya. Sehingga, beliau tetap mengerjakan separuh urusan di dalam rumah, dengan tangan beliau.

5. Putra dan Putri

Disepakati oleh para ahli sejarah. Jika Sayyidah Fatimah ra. dan Ali bin Abi Thalib ra. memiliki empat anak: Sayyid Hasan, Sayyid Husen, Sayyidah Zainab, dan Sayyidah Ummi Kultsum.

6. Wafat

Sayyidah Fatimah ra. wafat setelah enam bulan setelah ayahandanya wafat (12 Rabiul Awal, tahun 11 H atau 8 Juni 632 M).

Menurut pandapat yang masyhur, Sayidah Fatimah ra. syahid pada tanggal 3 Jumadil Akhir tahun 11 H/632 di Madinah. Namun, atas wasiat beliau, lokasi pemakaman beliau tidak diketahui sampai sekarang. Karena menurut sejarah, pemakaman beliau diadakan di saat sepertiga akhir di malam hari.

Bahkan dikabarkan, jika yang mengurusi jenazah beliau hingga dimakamkan adalah suami, anak-anaknya, dan beberapa sahabat terdekat.

Asma binti Umais, istri Abu Bakar As-Siddiq, dan Salma Ummu Rafi’ memandikan diri beliau bersama Ali bin Abi Thalib.

Ada perbedaan pendapat tentang usia Fatimah ketika meninggal. Ada yang berpendapat 27 tahun dan ada yang berpendapat 28 tahun. Ada juga yang mengatakan 29 tahun.

Wallohu’alam

Leave a Comment