Menciptakan keluarga ideal dalam islam
Sudah tahukah kamu, jika jodoh terbaik itu tak mesti datang di awal pernikahan. Terkadang, dan umumnya, jodoh terbaik itu muncul karena diusahakan oleh kedua belah pihak.
Tak percaya?
Coba kita perhatikan dalam konsep sakinah, mawadah, dan rahmah.
Sakinah= ketentraman dalam rumah tangga
Mawadah= penuh cinta antar anggota keluarga
Rahmah= keluarga yang saling menyanyangi
Coba fikirkan, apakah ketiga hal tersebut dapat terjadi jika kita tak bisa melengkapinya. Minimal, menghadirkannya dalam keluarga.
Tentu, berbagai macam hal negatif akan mulai bermunculan. Hingga pada akhirnya akan menimbulkan efek percek-cokan di dalam rumah tangga, kehadiran orang ketiga, dan banyak masalah yang datang silih berganti.
Namun, jika kamu sudah memiliki yang pertama, Sakinah. Maka, untuk selanjutnya pasti akan sangat mudah.
Dalam islam sendiri, ada tata cara agar bisa mendapatkan langkah pertama tersebut.
1. Niat yang Benar
Ya. semuanya kembali pada niat. Jika kita menikah bertujuan untuk keluarga yang harmonis, tentu hal itu akan sangat mudah dilakukan. Namun, berbeda halnya, jika yang dituju adalah hal-hal yang bersifat materi atau pangkat.
Tentu saja, akan banyak hal-hal negatif yang akan menjadi masalah di kemudian hari.
2. Kedewasaan Suami-Isteri
Hal inilah yang paling krusial, saat kita tengah menjadi pengantin baru. Bahkan, tak jarang hal ini akan tetap terjadi, meskipun kita telah beranjak di usia tua. Oleh sebab itu, mari kita rinci pembahasan ini:
a. Dewasa dalam berfikir dan mengatur emosi
Berfikiran dewasa dalam menyikapi setiap permasalahan. Sangat sulit untuk memahami setiap pasangan, mulai dari hal ini. Tapi, perlahan namun pasti, kita pasti bisa melakukannya. Selama, tak ada sikap egois dalam diri kita. Atau setidaknya, kita bisa menekan fikiran dan emosi, demi melihat anggota keluarga lainnya bahagia.
b. Dewasa dalam mengolah hati dan perasaan
Pernah cemburu? Jelous? Badmood?
Itu perasaan yang wajar saja. Namun, jangan membuat hal itu menjadi titik terberatmu, ketika kamu sudah berkeluarga. Mengapa?
Karena, dalam keluarga yang harmonis, yang dituju adalah masa depan bersama. Bukan masa depan kamu atau pasanganmu. Terlebih lagi, keinginan egoismu atau pasanganmu.
Itu sama sekali bukan.
c. Dewasa dalam berbuat
Dalam berbuat sesuatu, mulailah berfikir resiko dan akibatnya. Sehingga, ketika roda takdir berada di bawah, atau keluarga mendapatkan musibah, jangan merasa dunia menjepitmu. Namun, ubahlah mindset mu dengan berkata; “mengeluh boleh, menyerah jangan.”
Ya, teruslah bergerak dan berusaha. Jangan menyerah.
d. Dewasa dalam beragama
Ya. Entah disadari atau tidak. Agama akan menjadi faktor penting dalam menjalin hubungan. Mungkin banyak orang yang tak menyadarinya. Namun, agama atau beribadah, akan memudahkan segala urusan duniamu. Minimal, membuat hatimu tak sampai putus asa, hingga kamu nekat membunuh dirimu sendiri.
3. Melaksanakan Hak dan Kewajiban
Tentunya, dalam berkeluarga ada hak dan kewajiban. Semua sudah terpatri jelas, jika segala sesuatu di dalam keluarga harus ditanggung bersama. Bukan hanya kesalahan satu orang saja.
Misalnya, jika suami tengah terpuruk ekonominya. Hendaknya, si istri terus mendorong suaminya agar tak menyerah dan terus berusaha.
Begitu juga sebaliknya. Ketika seorang suami sudah kuat ekonominya, janganlah membuang pengorbanan istrimu, hanya dengan dalih; “ada wanita cantik yang menungguku.”
4. Suami Isteri yang Shalih dan Shalihah
b. Taat kepada suaminya dalam hal-hal yang tidak menyebabkan kemurkaan Allah Swt.
c. Memelihara dan menjaga diri, ketika ditinggal pergi suami.
d. Menjaga harta yang ditinggalkan suami dirumah.
e. Selalu memperlihatkan kepada suami wajah ceria, pemandangan yang indah, penampilan yang bagus, dan menjadi penghibur lara suami.
b. Dapat melaksanakan kewajiban dan hak dengan baik
c. Menggauli isteri dengan sepatutnya
d. Mengarahkan dan membimbing isteri dan anaknya kejalan yang diridhai Allah.